- AP Photo
VIVAnews - Pengadilan Taiwan mengurangi bobot hukuman kepada mantan Presiden Chen Shui-bian, dari seumur hidup menjadi 20 tahun penjara. Keringanan hukuman juga diberikan kepada istri Chen, Wu Shu-chen, dari penjara seumur hidup menjadi 14 tahun di bui.
Demikian putusan hakim Pengadilan Tinggi Taiwan, Jumat, 11 Juni 2010, seperti dimuat di laman stasiun televisi al-Jazeera.
Pada September 2009, Chen dinyatakan bersalah melakukan penggelapan, pencucian uang, dan menerima suap dengan total US$ 15 juta. Kejahatan itu dilakukan saat Chen menjabat sebagai presiden dari 2000 hingga 2008.
Namun, Chen tetap tidak puas. Menurut pengacara Chen, Shih Yi-lin, kliennya kemungkinan bakal mengajukan banding ke Mahkahmah Agung agar hukuman penjara atas dirinya dicabut.
Shin menambahkan bahwa Chen, yang telah menjalani hukuman di penjara Taipei selama 17 bulan, seharusnya dibebaskan. "Dia juga yakin punya peluang untuk mengajukan banding, sehingga dia tidak terlalu kecewa," kata Shih.
Tahun lalu, Chen membantah seluruh tuduhan dan menyatakan tudingan bermotif politis. Dia menganggap, hukuman yang dia terima adalah hasil konspirasi pimpinan Partai Kuomintang, yang mengalahkan dia pada pemilu lalu, untuk menyenangkan pemerintah China.
Hubungan antara China dengan Taiwan membaik sejak pemimpin Kuomintang, Ma Ying-jeou, menang pemilu dan menjabat sebagai presiden tahun lalu. Namun, isu kedaulatan Taiwan tetap menjadi "duri dalam daging" bagi dua bangsa serumpun itu.
Taiwan memisahkan diri dari China sejak Partai Komunis menguasai Negeri Panda itu di akhir Perang Saudara pada 1949. Sejak saat itu Taiwan susah-payah memperjuangkan pengakuan masyarakat internasional sebagai negara berdaulat. Namun, mayoritas masyarakat internasional mendukung Beijing atas kebijakan "Satu China," yang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak. (umi)
Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024
Partai Demokrat menyebut nama kadernya Dede Yusuf yang potensial untuk diusung dalam Pilkada Jakarta 2024.
