AS Sempat Ingin Tampung Pengungsi Palestina

Warga Palestina mengungsi dari rumah mereka di Jalur Gaza
Sumber :
  • AP Photo/Khalil Hamra

VIVAnews - Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan di tengah-tengah proses perundingan damai antara negaranya dengan Palestina, kemarin.

Bea Cukai dan BNN Sita dan Musnahkan 21 Kilogran Sabu di Tangerang

Olmert mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) di masa kepemimpinan Presiden George W Bush bersedia menerima dan memberi kewarganegaraan bagi 100.000 pengungsi Palestina agar bisa tinggal di Negeri Paman Sam itu.

“Angka yang diusulkan [Israel] di bawah 20.000, tapi syaratnya adalah konflik harus dihentikan dan pemerintah Palestina harus menyatakan bahwa mereka tidak akan menuntut apa-apa lagi,” ujar Olmert pada konferensi yang digagas oleh organisasi Geneva Inisiative di Tel Aviv kemarin.

Olmert mengatakan bahwa hal ini dibicarakan pada negosiasi dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 2008. Jika ini disepakati maka seluruh peta dunia dan Timur Tengah akan berubah.

“Kami tidak bisa disalahkan. Jika tidak ada kesepakatan, itu karena pihak Palestina tidak siap untuk mengambil langkah tambahan yang kami buat,” ujar Olmert, seperti yang dikutip stasiun televisi CNN.

Isu pengungsi menjadi salah satu masalah yang membayangi perundingan damai terbaru antara Israel-Palestina di Amerika Serikat, yang dimulai pada awal bulan ini. Palestina ingin agar Israel mengakui “hak kembali” warga Palestina yang terusir ketika negara Yahudi tersebut didirikan pada tahun 1948. Diperkirakan jumlah mereka sebanyak 4,7 juta orang.

Olmert juga mengungkapkan bahwa saat dia menjabat sebagai perdana menteri pada tahun 2006 sampai 2009, dia telah bersiap untuk membagi kekuasaan dengan Palestina atas tempat suci di Yerusalem. Tempat tersebut adalah Tembok Barat dan Haram-al-Sharif, tempat mesjid al-Aqsa berada.

“Tempat itu tidak akan menjadi milik kami ataupun Palestina. Tempat itu akan diatur oleh badan internasional yang mencakup negara lain. Mereka terdiri dari Israel, Palestina, Arab Saudi, dan saya menyarankan, Jordania dan Amerika. Negara-negara ini akan memastikan kebebasan akses di lokasi suci kepada penganut Yahudi, Islam dan Kristen,” lanjut Olmert.

Mengenai perundingan damai yang sedang berlangsung, Olmert menyatakan harapannya akan keberhasilan perundingan ini. Dia mengatakan bahwa dengan proposal damai yang diajukan oleh Israel, maka perdamaian antara kedua negara tersebut akan terwujud dalam waktu yang cepat.

“Fakta bahwa pemerintah Israel setuju untuk mengadakan pembicaraan langsung walaupun menyakitkan pemerintah, menandakan ini adalah sebuah bentuk keberanian. Mungkin ini adalah awal dari pengertian bahwa tidak ada pilihan lain,” ujar Olmert.

Saat ini perundingan antara kedua negara mengalami jalan buntu setelah permintaan perpanjangan pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. PM yang berasal dari partai garis keras Likud ini bersikeras pembangunan pemukiman akan tetap berjalan apapun yang terjadi.

Permintaan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dan pihak Palestina untuk mempermudah proses perundingan. Jika pembangunan tetap dilanjutkan, pihak Palestina mengatakan bahwa mereka akan keluar (walk-out) dari perundingan damai yang sudah absen selama 18 bulan tersebut dan kembali ke negaranya. (umi)

Ilustrasi Tentara Israel

Tentara Israel Jatuh Cinta ke Intel Iran yang Nyamar Jadi Wanita, Bocorkan Rahasia Militer

Tentara Israel mengirimkan foto sensitif mengenai baterai pertahanan udara Iron Dome kepada agen intelijen Iran yang menyamar jadi wanita di Facebook.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024