Terhukum Rajam di Iran Ingin Menggugat

Sakineh Mohammadi Ashtiani bersama putranya, Sajjad
Sumber :
  • AP Photo/Vahid Salemi

VIVAnews - Perempuan yang menjadi terpidana rajam di Iran, Sakineh Mohammedi Ashtiani, akan menuntut dua jurnalis asal Jerman, mantan pengacaranya, dan pemimpin gerakan penentang rajam yang selama ini mendukungnya. Namun, bagi pihak yang akan dituntut itu, langkah tidak terduga Ashtiani ini diduga dilakukan di bawah tekanan dari pemerintah Iran.

Menurut stasiun televisi CNN, Ashtiani menyampaikan rencana tuntutannya kepada para wartawan pada Sabtu, 1 Januari 2011. Kala itu, pemerintah Iran memberikannya kesempatan “berlibur” dari penjara selama satu hari untuk makan malam bersama kedua anaknya di Kota Tabriz.

Terpidana rajam dari tahun 2006 ini mengatakan bahwa tuntutan akan segera dialamatkannya kepada dua orang jurnalis dari koran Jerman, Bild am Sonntag, karena telah melakukan wawancara dengan putranya, Sajjad Ghaderzadeh, tanpa izin darinya.

Kasus Pemerasan Firli Bahuri Mandek, Kombes Ade Safri: Pasti Tuntas

Wawancara yang mengungkapkan penyiksaan atas Ashtiani selama di penjara justru dinilai oleh yang bersangkutan sebagai kebohongan yang dilontarkan Ghaderzadeh sendiri. Akibatnya, oleh pemerintah Iran, Ghaderzadeh mendekam di penjara dan baru dibebaskan setelah dibayarkan jaminannya.

Namun, tidak disebutkan, apakah Ashtiani juga menuntut anaknya atas kebohongan itu.

Tuntutan serupa juga dialamatkan kepada mantan pengacara Ashtiani, Mohammed Mostafaei, dan pemimpin gerakan Komite Internasional Penentang Perajaman, Mina Ahadi. Mereka dianggap telah mempolitisir dan membesar-besarkan kasusnya. Menurut Ashtiani, tindakan mereka itu berlebihan sehingga membuat malu dirinya dan negaranya, dan malah membuat situasi semakin runyam.

Pengakuan Ashtiani yang tiba-tiba dan bertolak belakang dengan dukungan para aktivis perempuan serta anti rajam lainnya ini dianggap dibuat-buat. Mina Ahadi mengatakan bahwa pengakuan yang dilakukan Ashtiani di hadapan para petugas penjara dan pemerintah ini dikatakan merupakan salah satu propaganda Iran untuk merubah opini masyarakat.

“Rezim ini memiliki sejarah menekan orang tidak bersalah agar mau bersaksi di televisi. Ini hanya salah satu contoh propaganda mereka,” ujar Ahadi dari Jerman seperti dilansir dari CNN.

Dia mengatakan bahwa di Iran sudah tidak bisa lagi dibedakan mana yang propaganda dan mana yang kebenaran.

Hal serupa juga disampaikan oleh wakil editor koran Bild am Sonntag, Michael Backhaus, kepada harian Inggris, The Guardian.  Dia mengatakan bahwa terdapat keanehan pada pengakuan yang dilakukan oleh Ashtiani tersebut, salah satunya adalah pembebasan sementara Ashtiani sebagai terpidana mati.

“Sangat aneh wanita yang telah dihukum mati di Iran diperbolehkan keluar penjara selama beberapa jam untuk mengatakan kepada media Barat bahwa dia ingin menuntut wartawan yang menuliskan kasusnya,” ujar Backhaus.

Backhaus menjelaskan bahwa pembebasan Ashtiani hanyalah cara pemerintah Iran agar pemberitaan tentangnya tidak lagi mengemuka dan membalikkan opini publik terhadap kasusnya.

Sakineh Mohammadi Ashtiani Janda dua anak itu divonis hukum rajam--dilempari batu hingga mati--pada 2006 atas kasus perzinahan dan pembunuhan suaminya. Kasusnya menuai kecaman dunia yang membuat otoritas Iran menunda eksekusi Juli lalu. Hukumannya saat ini tengah dipertimbangkan, apakah di rajam atau digantung. (umi)

Uruguay dan Indonesia Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal
Nikita Mirzani

Nikita Mirzani Beberkan Pemicu Kandasnya Jalinan Asmara Hingga Soal Kesetiaan

Nikita Mirzani bercerita mendapatkan kekerasan baik secara fisik maupun mental dari sang mantan kekasih.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024