- AP Photo
VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, mengutuk pembunuhan menteri Pakistan urusan kaum minoritas, Shabaz Bhatti. Obama mengatakan pembunuhan tersebut sangat mengerikan dan dia menuntut pelakunya segera ditangkap dan diadili.
“Mereka yang melakukan kejahatan ini harus diadili, dan mereka yang memiliki pandangan toleransi kebebasan beragama yang sama dengan Bhatti harus bisa hidup tenang tanpa rasa takut,” ujar Obama di Gedung Putih, Rabu 2 Maret 2011, yang dikutip kantor berita Associated Press.
Bhatti tewas ditembak di Kota Islamabad pada Rabu pagi. Sebelumnya, Bhatii mengatakan sering mendapatkan ancaman pembunuhan. Kelompok Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Bhatti. Mereka mengatakan bahwa itu adalah peringatan bagi para pejabat yang menentang undang-undang penodaan agama.
Bhatti adalah anggota kabinet Pakistan satu-satunya yang beragama Kristen. Dia terkenal kritis dalam mengomentari UU penodaan agama yang memungkinkan dijatuhkannya hukuman mati bagi mereka yang dianggap menghina Islam, Al-Quran dan Nabi Muhammad.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, di tempat terpisah mengatakan bahwa dia terkejut dan marah atas pembunuhan terhadap Bhatti. Menyebut Bhatti sebagai seorang yang pemberani, Clinton menyatakan bahwa pemerintah AS akan terus bekerja sama dengan pemerintah Pakistan dalam menciptakan Pakistan yang lebih stabil dan makmur.
“AS tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Pakistan menciptakan masa depan yang makmur dan stabil, masa depan yang bebas dari kekerasan ekstremis yang membungkam suara toleransi dan perdamaian,” ujar Clinton.
Bhatti bukan satu-satunya pejabat pemerintah yang terbunuh akibat penentangan terhadap UU ini. Sebelumnya, pada Januari, gubernur provinsi Punjab, Salman Taseer, dibunuh oleh pengawalnya sendiri akibat Taseer vokal menyuarakan penentangan terhadap UU penodaan agama.
PKB dan Nasdem Merapat ke Koalisi Prabowo-Gibran, Kaesang Bilang Begini
Kaesang menyambut baik langkah PKB dan Nasdem yang merapat ke kubu Prabowo-Gibran.
