5 Perusahaan Minyak Beroperasi Lagi di Libya

Seorang tentara anti rezim Khadafi berjaga di depan ladang minyak Libya
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Lima perusahaan minyak dan gas asing kembali beroperasi dan berproduksi di Libya. Masa depan ekonomi Libya bergantung pada kinerja sektor minyak dan gas ini.

Selama pecah pemberontakan terhadap Muammar Khadafi, perusahaan-perusahaan minyak berhenti beroperasi. "Tim dari perusahaan yang memiliki infrastruktur di Libya sudah kembali dan fasilitas dapat dioperasikan kembali," kata Pemimpin Tim Stabilisasi Pemerintah dari kelompok pemberontak, Aref Ali Nayed, setelah bertemu para pejabat PBB di Paris, 2 September 2011.

Nayed yang juga Duta Besar Libya di Uni Emirat Arab menegaskan pemberontak yang dipimpin oleh Dewan Transisi Nasional Libya akan menghormati kontrak-kontrak masa lalu dan tidak terburu-buru untuk membuat kontrak-kontrak baru. "Setidaknya ada lima perusahaan yang telah kembali. Kami melihat perusahaan-perusahaan tersebut sebagai mitra untuk kepentingan rakyat," kata Nayed.

Nayed menjelaskan perusahaan minyak yang sudah mulai berproduksi salah satunya adalah Eni SpA Italia yang merupakan produsen asing yang menghasilkan minyak terbesar di Libya sebelum perang sipil terjadi. Nayed mengatakan pekan ini pihaknya akan menandatangani kesepakatan dengan Eni SpA Italia untuk memulai kembali pengoperasian pipa gas alam serta memberikan penilaian teknis infrastruktur minyak di Libya.

Libya merupakan negara yang memiliki cadangan terbesar minyak mentah di Afrika. Namun, semenjak pecah pertempuran, persediaan minyak mentah jadi menyusut karena tidak ada lagi yang mengalir melalui jaringan pipa. Sebagian kilang menghentikan operasi, sehingga harga bahan bakar meroket selama masa kelangkaan ini. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan kembali hasil minyak mentah ke level seperti sebelum perang.

Duta besar Rusia untuk NATO, Dmitry Rogozin mengatakan alasan yang mendasari NATO untuk mengintervensi Libya adalah mengamankan akses minyak di Libya. "Untuk Rusia, operasi NATO di Libya diindikasikan karena adanya kepentingan utama dari aliansi, di mana musuhnya bukan lagi Pakta Warsawa dan Uni Soviet tetapi sekarang adalah negara yang kaya penghasil minyak yaitu Negara Afrika Utara dan Timur-Tengah," kata Rogozin seperti dilansir Associated Press.

Utusan Rusia, Mikhail Margelov, minggu ini akan melakukan pembicaraan dengan pihak Libya di Paris. "Rusia ingin membela kepentingan ekonominya sendiri di Libya, karena memiliki hubungan teman lama," katanya.

Ten Hag Bawa 3 Pemain Man Utd U-18 ke Tim Senior
Ilustrasi emas batangan

Pecahkan Rekor Tertinggi, Harga Emas Hari Ini Tembus Rp 1.249.000 Per Gram

Harga emas keluaran logam mulia Antam 24 karat mengalami kenaikan Rp 27 ribu per gram pada hari ini yang artinya harganya sekarang Rp 1.249.000 per gram.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024