Pemimpin ASEAN Kembali Singgung Krisis Laut China Selatan

Suasana KTT ASEAN di Brunei Darussalam
Sumber :
  • REUTERS/Bazuki Muhammad
VIVAnews
Sedang Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba, Ammar Zoni Ungkap Doa untuk Anak dan Kelurga
- Sepuluh pemimpin ASEAN hari ini, Kamis 25 April 2013, menuntaskan pertemuan selama dua hari di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Selain mempersolid pembentukan Komunitas ASEAN di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya pada 2015, mereka juga membicarakan beberapa isu yang sedang hangat, yaitu ketegangan di Laut China Selatan.

Tarisland Superstars: Kemegahan dan Antisipasi di Puncaknya

Sejumlah negara ASEAN saat ini berebut klaim dengan raksasa Asia, China, atas sejumlah pulau di Laut China Selatan, yang kaya dengan hasil laut dan sumber energi. Mereka adalah Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ke-22 ASEAN. Vietnam dan Filipina bahkan masing-masing berseteru dengan China dalam beberapa bulan terakhir.
Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Terancam 4 Tahun Bui


Presiden Filipina, Benigno Aquino III, kepada para wartawan, Rabu malam, mengungkapkan bahwa penyelesaian ketegangan di Laut China Selatan menjadi salah satu agenda penting pada hari kedua KTT. "Setiap pihak berkepentingan dalam menciptakan resolusi yang damai dan juga dalam menyuarakan keprihatinan bahwa ketegangan telah meningkat," kata Aquino seperti dikutip stasiun berita
Channel News Asia
.


Filipina dan Vietnam selama ini gencar mendesak ASEAN untuk bersama-sama meminta China membicarakan sengketa teritorial itu. Namun, Beijing masih keberatan bila harus berunding secara kolektif dengan ASEAN. China memilih untuk merundingkannya secara bilateral dengan negara-negara yang berselisih.


Sebagai Ketua Bergilir ASEAN dan tuan rumah KTT tahun lalu, Kamboja keberatan adanya satu suara yang solid dari ASEAN. Ini mengingat Kamboja merupakan sekutu dekat China.    


Itulah sebabnya Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN di Kamboja tahun lalu gagal menyamakan sikap atas masalah Laut China Selatan. Namun, berkat diplomasi ulang-alik Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, para anggota ASEAN bersedia untuk berupaya kembali guna satu suara dalam menuntaskan isu itu.


Pada 2002, ASEAN sudah berinisiatif membuat Tata Perilaku atas Isu Laut China Selatan. Namun, China masih keberatan untuk menjalankan Tata Perilaku itu dan tetap memilih penyelesaian bilateral dengan negara-negara yang bersengketa.  


Para diplomat ASEAN mengaku tidak begitu optimistis bahwa segera ada kemajuan berarti soal kemajuan atas isu Laut China Selatan. Aquino pun sudah mengantisipasi bila PM Kamboja, Hun Sen, masih keberatan atas upaya sikap bersama ASEAN soal isu Laut China Selatan pada pertemuan hari ini.


Namun, Aquino juga mengungkapkan kegembiraannya bahwa masih ada harapan bagi ASEAN untuk berupaya menyamakan sikap. "Sehingga, ada kesatuan tujuan dan salah satu pihak bisa selalu berharap bahwa akan ada jalan keluar yang lebih konkret," kata Aquino.  


Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, seperti dikabarkan
Brunei Times
, mengungkapkan, belum ditentukan tanggal resmi atas perundingan antara ASEAN dan China soal Tata Perilaku (CoC) atas Laut China Selatan. Namun, pendekatan-pendekatan diplomatik masih berlangsung. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya