Kerusuhan di Xinjiang, China, 21 Orang Tewas

Polisi anti kerusuhan China berpatroli di Kota Kashgar Provinsi Xinjiang
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Barria/Files
VIVAnews -
Pemerintah Ingin Taksi Terbang Meluncur dalam 2 Tahun
Bentrokan berdarah terjadi di provinsi Xinjiang, China, menewaskan 21 orang akibat luka dibabat senjata tajam atau tertembak. Ini adalah insiden berdarah pertama di wilayah mayoritas Muslim ini sejak tahun 2009 lalu.

Indonesia Wins Two Champion Titles at 2024 All England

Diberitakan
Muncul Wabah Langka dan Mematikan di Jepang, 21 Orang Meninggal
Reuters yang mengutip juru bicara pemerintahan Xinjiang, Hou Hanmin, Rabu kemarin, Insiden itu terjadi pada Selasa, 23 April 2013. Sembilan warga, enam polisi dan enam orang etnis Uighur tewas.


Menurut Hou, insiden itu adalah ulah sekelompok teroris yang dilatih di Pakistan. Lokasi Xinjiang yang berbatasan dengan Afganistan, Pakistan, India dan Asia Tengah, menyuburkan gerakan radikalisme yang ingin membentuk negara merdeka Turkestan Timur.


Saat itu, kata Hou, insiden bermula saat tiga pekerja komunitas berpatroli di wilayah Bachu, atau dikenal dengan nama Maralbexi di Kashgar. Menurut informasi, ada orang mencurigakan di sebuah rumah.


Ketiganya lantas memanggil bantuan saat mereka menemukan banyak sekali benda tajam, seperti pisau dan kapak. Kepergok oleh belasan orang Uighur, kata Hou, mereka lantas dibunuh. "Ini jelas adalah serangan teroris," ujarnya.


Beberapa orang petugas keamanan yang datang lalu terlibat bentrok. Hou mengatakan, saat itu hanya seorang polisi yang membawa pistol. Rumah itu lalu dibakar, membuat korban semakin banyak.


Pemerintah China tidak menyebutkan kelompok separatis mana yang melakukan hal tersebut. Namun, delapan orang ditahan pasca insiden itu.


Bantahan Kelompok Uighur

Kelompok HAM dan masyarakat Uighur di pengasingan membantah kronologi yang diungkapkan pemerintah China. Menurut informasi yang mereka terima, kekerasan itu dipicu oleh penembakan dan pembunuhan pemuda Uighur oleh tentara China.


"Informasi yang kami terima, pemerintah menurunkan tentara bersenjata ke jalan-jalan. Akibat insiden itu, sinyal telepon seluler dan internet terputus. Hari ini sudah lebih baik, namun belum sempurna," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia.


Kekerasan kali ini adalah yang paling berdarah sejak Juli 2009. Saat itu terjadi bentrokan hebat di ibukota Xinjiang, Urumqi, antara warga mayoritas Han dan minoritas Muslim Uighur, menewaskan 200 orang dari kedua kubu.


Etnis Uighur adalah kelompok suku Muslim asli Xinjiang yang berbahasa Turki. Etnis ini kerap bentrok dengan pemerintah China yang membatasi agama, bahasa dan kebudayaan mereka. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya