Intelijen Inggris Mengaku Setor Dana ke Presiden Afganistan

Presiden Afganistan Hamid Karzai
Sumber :
  • REUTERS/Omar Sobhani

VIVAnews - Seorang pejabat intelijen MI6 mengakui organisasi spionase Inggris itu telah memberikan secara langsung dana kepada kantor kepresidenan Afganistan selama 12 tahun. Dana itu diberikan terhitung sejak Inggris berada di medan peperangan di negeri pimpinan Presiden Hamid Karzai tersebut.

Menurut harian Telegraph, 5 Mei 2013, dana ini diduga ikut mengalir ke istana kepresidenan Karzai untuk beragam kepentingan. Namun pejabat MI6 itu, yang tidak mau dikutip namanya, enggan menyebut berapa jumlah dana tunai yang mereka berikan kepada Afghanistan.

Namun menurut isu yang beredar, jumlahnya tidak sebesar yang diberikan oleh badan intelijen Amerika Serikat (CIA) yang disebut mencapai angka US$10 juta dan telah diberikan sejak tahun 2001 silam. Pejabat MI6 menyebut dana itu digunakan untuk proyek khusus yang dikelola oleh kantor kepresidenan Karzai.

Kebijakan MI6 ini tak pelak dikritik oleh banyak anggota parlemen. Mereka mengatakan tidak ada jaminan "dana gelap" yang diberikan kepada Presiden Karzai dan para pembantunya itu tak akan dikorupsi.

Bukan dari Palestina, Merry Asisten Raffi Ahmad Ungkap Asal-usul Bayi Lily di Keluarga Andara

Seorang anggota parlemen dari partai konservatif, Adam Holloway, bahkan memperingatkan Afghanistan tidak dapat dipercaya kendati mereka mengatakan dana itu dipakai untuk menghargai usaha kelompok militan Taliban apabila menyerah dari tentara NATO.

"Setiap upaya terhadap perbaikan politik di Afghanistan memang seharusnya dilakukan dan hal itu akan mendapat sambutan baik. Tetapi apakah uang tersebut digunakan dengan baik, itu merupakan hal lain yang perlu dipertimbangkan," ujar Holloway kepada Telegraph.

Bahkan anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia, Angus Robertson, menuntut adanya transparansi dari penggunaan dana kepada Pesiden Karzai.

"Kami juga ingin mengetahui lebih jauh soal bagaimana dan ke mana saja dana dari Inggris mengalir. Bagaimana cara mereka memonitor dana tersebut dan apa keuntungan yang diperoleh dari rakyat Afghanistan dengan adanya pemberian dana itu," ujar Robertson.

Dana Moneter Internasional (IMF) turut memperingatkan diplomat AS yang berada di kota Kabul bahwa pemerintah Afghanistan sedang menghadapi krisis keuangan akibat tingkat korupsi yang parah di kalangan pejabatnya.

Sementara di mata seorang peneliti badan Transparansi Internasional, Saad Mustafa, pemberian uang oleh pihak barat memang tidak dapat dihindari. Namun apabila tidak dipantau dengan baik, maka itu akan menjadi celah bagi terciptanya tindakan korupsi.

Namun baik Holloway dan Robertson sepakat kendati MI6 telah menggelontorkan dana ke Afghanistan, keduanya ragu akan tercipta perdamaian di negara itu.

"Sudah banyak bukti yang menunjukkan Karzai dan pembantunya tidak memiliki keinginan untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan. Sebaliknya dia lebih tertarik untuk meneruskan konflik dan peperangan," ujar Holloway.

Penghinaan Besar

Pengawasan Pilkada 2024 di Kabupaten Puncak Papua Terancam Tak Maksimal

Sementara itu, anggota parlemen Afganistan sendiri ikut mengecam penerimaan dana dari pihak barat ke kantor kepresidenan Karzai. Menurut Hidayatullah Rihanee, salah satu anggota parlemen dari Provinsi Barnyan, pemberian uang itu dapat dianggap sebagai penghinaan.

"Menerima uang semacam itu merupakan penghinaan besar terhadap Afghanistan. Dan mereka semua yang menerimanya berarti telah mengkhianati negara ini," ujar Rihaee.

Presiden Karzai sebelumnya telah mengakui bahwa kantornya memang menerima dana tunai dari CIA selama 10 tahun terakhir. Namun dia menepis rumor yang menyebut dirinya ikut menerima dana dari MI6.

Kepada CIA, Karzai meminta supaya bantuan keuangan yang mereka terima tidak dihentikan karena pemberitaan media.

"Ini bukan sesuatu yang tidak biasa. Saya mengatakan kepada kepala CIA di Kabul jangan hanya karena semua isu yang beredar di media, lalu bantuan dana itu terhenti. Kami masih memerlukan dana itu," ujar Karzai dalam jumpa wartawan yang digelar Sabtu kemarin. (eh)

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dalam sidang putusan sengketa Pilpres 2024 di MK.

Ada Kesan Anies Baswedan Mulai Ditinggalkan Partai Pendukungnya, Menurut Pengamat

Pengamat politik pada Universitas Andalas Padang menilai ada kesan bahwa Anies Baswedan mulai ditinggalkan partai pendukungnya setelah kalah dalam Pemilu Presiden 2024.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024