Korut Tarik Rudalnya, Ancaman Tidak Terbukti

Tentara Korea Utara berjaga di peluncuran roket Unha-3
Sumber :
  • REUTERS/Bobby Yip
VIVAnews -
Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih, Ganjar: Tidak Dapat Undangan
Dugaan para ahli dan politisi dunia benar soal ancaman kosong Korea Utara. Pemerintahan Kim Jong-un dilaporkan telah menarik seluruh rudal serang dari posisinya setelah sebelumnya sempat membuat Korea Selatan dan Amerika Serikat panik.

Jokowi Datang Melayat ke Mooryati Soedibyo, Ikut Salat Jenazah

Diberitakan
Sindir PDIP yang Gugat KPU ke PTUN, Nusron: Silakan, Tidak Berdampak Apa-apa
ABC News , 6 Mei 2013, intelijen AS dalam 24-36 jam terakhir ini melaporkan bahwa Korut telah menarik dua rudal Musudan mereka dari lokasi yang diyakini akan jadi tempat peluncuran. Intelijen meyakini, Korut tidak memindahkannya untuk mengubah posisi, melainkan untuk kembali dikandangkan.


Padahal, negara-negara kawasan sebelumnya telah bersiap menghadapi serangan maupun uji coba rudal Musudan Korut yang diklaim bisa menjangkau AS. Selama berminggu-minggu juga, satelit AS telah fokus mengawasi lokasi peluncuran dekat kota Wonsan, Korut sebelah timur tersebut.


AS dan Korsel semakin tegang saat citra satelit menunjukkan bahwa rudal diletakkan tegak berdiri, siap diluncurkan kapan pun. Pertama kali dipamerkan pada parade militer 2010, rudal ini diklaim bisa mencapai jarak hingga 2.000 kilometer, walaupun sama sekali belum pernah ditembakkan.


Sebelumnya, para ahli dan orang-orang pemerintahan AS telah menduga bahwa Korut hanya gertak sambal. Kendati demikian, mereka tetap siaga, kalau-kalau Korut memegang omongannya.


Juru bicara Pentagon, George Little, mengatakan bahwa saat ini Korut sedang "istirahat sejenak" dari aktivitas provokasinya. Saat-saat seperti ini, kata Little, akan digunakan AS dan Korsel untuk mengembalikan stabilitas di Semenanjung Korea.


"Sejarahnya, Korut akan melakukan siklus provokasi sebelum akhirnya berhenti. Ini menguntungkan. Dan kami kira, mereka mendengar suara lantang kami dan negara-negara lainnya, untuk berhenti memprovokasi dan menurunkan ketegangan," kata Little. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya