Obama Desak Myanmar Hentikan Kekerasan pada Rohingya

Presiden AS Barack Obama bertemu Presiden Myanmar Thein Sein
Sumber :
  • REUTERS/Larry Downing
VIVAnews -
Perjuangan Devano Danendra Bintangi Film Malam Pencabut Nyawa, Sampai Lakukan Hal Ini
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan kekerasan pada etnis Muslim Rohingya. Hal ini disampaikan Obama saat bertemu Presiden Myanmar Thein Sein di Gedung Putih, Senin waktu setempat.

Lyodra Bahagia dan Tak Menyangka Isi Soundtrack Film Ipar Adalah Maut

Diberitakan
Erick Thohir Beri Kabar Baik soal Nathan Tjoe-a-On, Bisa Bela Timnas Indonesia Vs Korea Selatan
Reuters , Obama menuntut Sein untuk segera menyelesaikan kekerasan etnis di wilayah barat Myanmar, Rakhine. Selain itu, Obama berharap Myanmar dapat segera menangkap para pelaku kekerasan, termasuk aparat yang terlibat.


"Saya menyampaikan keprihatinan saya soal kekerasan komunal terhadap komunitas Muslim di Myanmar. Kekerasan dan pengusiran terhadap mereka harus segera dihentikan," tegas Obama.


Sedikitnya 192 orang tewas tahun lalu dalam kekerasan antara umat Buddha dan Rohingya di Rakhine. Sebanyak 140.000 Rohingya kehilangan tempat tinggal. Banyak dari mereka yang akhirnya mengungsi ke .


Menjabat desakan Obama, Sein berjanji akan segera menghentikan kekerasan terhadap Rohingya. "Pemerintahan kami tidak hanya akan memastikan kekerasan berhenti, namun juga orang-orang yang bertanggungjawab akan diadili," kata dia.


Dalam wawancara dengan
Voice of America
, Sein mengatakan bahwa kekerasan terhadap Muslim di Myanmar adalah murni aktivitas kriminal, bukan pertikaian sosial. Dia juga menyadari ada beberapadalam kekerasan dan perkosaan Muslim Rohingya.


Dikecam Lembaga HAM


Sein adalah presiden Myanmar pertama yang menyambangi Gedung Putih dalam 47 tahun. Namun kunjungannya kali ini dikecam oleh lembaga HAM. Mereka mengatakan bahwa dengan mengundang Sein, berarti AS telah menunjukkan sikap melunak pada pelanggaran HAM di negara yang juga disebut Burma itu.


Physicians for Human Rights
merilis laporan yang menunjukkan bahwa polisi Burma membiarkan atau membantu massa yang menghancurkan sebuah pesantren di pusat kota Meiktila Maret lalu. Lembaga ini mengatakan, 20 siswa dan empat guru tewas dalam insiden tersebut.


Kecaman ini diaminkan oleh beberapa orang anggota parlemen AS. Mereka mengatakan akan mempersulit pencabutan sanksi AS atas Myanmar sebagai bentuk desakan pada pemerintah Sein.


Dalam kunjungannya kali ini, Sein berhasil mengantungi kerja sama dengan AS untuk meningkatkan perdagangan, standar pekerja dan investasi. Para pengusaha di AS mendesak pemerintah segera menarik sanksi agar mereka bisa mulai berinvestasi di Myanmar.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya