Baju Rajut Napi Brasil Mendunia

Narapidana di Brazil sibuk merajut baju
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews
Hakim Geram ke Saksi di Sidang Korupsi Tol MBZ: Proyek Triliunan Gini kok Main-main
- Ada kebiasaan yang unik, apabila Anda berkunjung ke penjara dengan pengamanan maksimum, Arisvaldo de Campos Pires, berlokasi 160 kilometer di utara kota Rio de Janeiro, Brasil.

Geger Seorang Wanita Dilarang Naik Kendaraan Online Gegara Bernama Ini

Pasalnya, sekitar 100 narapidana pria terlihat sibuk merajut dan membuat baju dari tali renda di sebuah ruangan khusus.
Chandrika Chika Ditangkap karena Kasus Narkoba, Netizen: Udah Benar Joget Papi Chulo Aja


Laman
Dailymail
, Minggu 4 Agustus 2013 mengabadikan pemandangan yang tidak biasa itu dalam beberapa foto dan diunggah ke situs resmi mereka. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek yang digagas oleh seorang desain ternama Brasil, Raquel Guimaraes.


Proyek yang diberi nama "Bunga Teratai" atau dalam Bahasa Portugis disebut Flor de Lotus, digagas pada 2009 silam oleh Guimaraes. Guimaraes memulai proyek ini karena merasa kesulitan mencari perajut untuk baju-baju rancangannya di bawah label Doiselles.


Doiselles memang diketahui merupakan merek yang memproduksi baju-baju berkualitas dari bahan rajut atau tali renda. Alhasil, Guimaraes berkunjung ke penjara Arisvaldo de Campos Pires dan mulai melatih 18 napi.


Ke-18 napi tersebut divonis dengan beragam tindak kejahatan, mulai dari perampokan hingga pembunuhan. Kendati yang mengerjakan para napi, namun bukan berarti produk buatan mereka tidak berkualitas.


Buktinya Guimaraes sukses mengekspor baju buatan hasil rajutan mereka ke beberapa negara di luar Brasil seperti Amerika, Prancis dan Jepang. Produk buatan mereka juga laris manis terjual di lebih dari 70 toko di seluruh Brasil.


Dari yang awalnya hanya berjumlah 18 napi, kini Guimaraes memiliki sekitar 100 tenaga kerja napi yang berhasil dididiknya. Guimaraes rutin memeriksa baju rajutan buatan para napi tersebut supaya memiliki kualitas yang baik.


Dengan mengikuti proyek tersebut, para napi ini mendapat tiga keuntungan yakni memperoleh keahlian yang dapat digunakan saat bebas nanti, mendapat upah senilai 75 persen dari gaji minimum yang ditetapkan di Brasil dan akan dibayarkan nanti saat mereka bebas.


Serta yang ketiga, tiap tiga hari waktu yang mereka habiskan untuk merajut, maka akan ada satu hari mereka dibebaskan dari hukuman penjara. Keuntungan ini diakui oleh salah seorang mantan residivis, Celio Tavares, yang pernah dibui akibat merampok.


Menurut Tavares, proyek yang pernah dilakoninya itu dapat meningkatkan kepercayaan diri para napi, sehingga mereka dapat mencari pekerjaan saat sudah bebas kelak.


"Program ini secara nyata telah berkontribusi memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang dapat digunakan saat mereka kembali ke dunia luar," ungkap Tavares.


Bahkan para napi disebut Tavares juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan berbagi pekerjaan bagi orang lain. Sementara di mata Guimaraes, proyek ini dapat membantu memulihkan citra para napi yang kerap dipandang orang hanya sebagai pelaku tindak kejahatan.


"Potongan hukuman memberikan mereka nilai dari kebebasan, kejujuran dan kepercayaan diri. Karena mereka dapat mengerjakan apa pun dan menghasilkannya dengan baik," ungkap Guimaraes.


Hal itu terbukti dari beberapa napi yang bahkan sudah mulai mahir menggambar desain baju yang akan mereka produksi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya