Suriah Minta PBB Cegah Rencana Serangan AS

Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS.
Sumber :
  • Reuters/Brendan McDermid
VIVAnews
Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas
- Suriah meminta Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mencegah "agresi apapun" atas negara itu. Permintaan tersebut muncul setelah Presiden AS, Barack Obama, akhir pekan lalu menyatakan militernya siap menggempur Suriah sebagai hukuman kepada pemerintahnya atas serangan senjata kimia atas warga mereka sendiri 21 Agustus lalu.

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN

Menurut kantor berita
Perjuangan Dinda Kanyadewi Main Film Badarawuhi di Desa Penari, Make Up sampai 6 Jam
SANA dan
Reuters
hari ini, permintaan Suriah itu dilayangkan melalui sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, dan Ketua Sidang Dewan Keamanan PBB, Maria Cristina Perceval. Surat tersebut ditulis Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari, mewakili pemerintahnya.


Dalam suratnya, Ja'afari meminta Sekjen PBB untuk melaksanakan tanggungjawab yang dia emban dengan mencegah setiap agresi apapun atas Suriah dan mengupayakan solusi politik atas krisis di Suriah. Ja'afari juga menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mempertahankan perannya sebagai katup pengaman untuk mencegah pengerahan kekuatan yang absurd di luar legitimasi internasional.


Dia pun menyayangkan sikap AS yang menuduh pemerintah Suriah membunuh rakyat sendiri dengan senjata kimia dan siap memberi hukuman dengan serangan militer. AS, tulis Ja'afri, seharusnya memainkan peran sebagai pembela perdamaian dan mitra bagi Rusia dalam mempersiapkan konferensi internasional atas Suriah, bukannya sebagai negara yang mengerahkan kekuatan atas siapapun yang menentang kebijakan-kebijakannya.


Para pejabat di Washington sudah terlanjur menuduh rezim Bashar al-Assad di Suriah sebagai biang keladi serangan senjata kimia. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Minggu kemarin, pihaknya punya bukti penggunaan gas sarin atas serangan di luar Ibu Kota Damaskus pada 21 Agustus 2013. Pemerintah AS, seperti dikutip
BBC
, mengungkapkan bahwa serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 orang, termasuk 426 anak-anak.


Pemerintah Suriah menyangkal tuduhan AS itu. Mereka justru menuduh kelompok pemberontak --yang berupaya menjungkalkan pemerintahan Assad sejak dua tahun lalu-- menggunakan senjata pembunuh massal itu.


Dalam dua tahun terakhir Suriah diguncang perang saudara, yang bermula dari suatu demonstrasi massal pada Maret 2011 yang menuntut mundurnya rezim dinasti Assad, yang telah berkuasa selama empat dekade. Perang saudara di Suriah telah merenggut nyawa sedikitnya 100.000 jiwa.  (eh)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya