- REUTERS
VIVAnews - Upaya Presiden Obama dalam melancarkan agresi militer ke Suriah telah mendapatkan lampu hijau dari Komite Luar Negeri Senat Amerika Serikat. Tinggal selangkah lagi rintangan yang harus dilalui, yaitu persetujuan senat, sebelum AS meluncurkan roket mereka ke tanah Suriah.
Restu dari Komite Senat ini diperoleh dalam voting Rabu waktu setempat, seperti diberitakan Reuters. Dengan hasil 10-7, komite ini menyetujui penyerangan ke Suriah dengan batas waktu 60 hari, dan kemungkinan perpanjangan 30 hari. Namun, AS tidak akan menurunkan pasukan darat ke negara itu.
Persyaratan ini diadaptasi dari proposal Senator John McCain yang telah diamandemen. Dalam proposal tersebut, senator dari Partai Republik ini menekankan perlunya menghancurkan kemampuan senjata militer Bashar al-Assad di Suriah, meningkatkan dukungan bagi para pejuang revolusi dan membalikkan keadaan dengan menciptakan kondisi untuk menggulingkan Assad.
Beberapa anggota senat menentangnya karena khawatir AS akan terlibat terlalu jauh dan lama di perang sipil Suriah. Selain itu, keterlibatan AS juga ditakutkan akan memperluas ketegangan dan kekerasan di kawasan.
Rencananya, voting Senat AS akan dilakukan pekan depan. Dengan kemenangan dari hasil voting Komite Senat kali ini, peluang Obama semakin terbuka lebar untuk menghantam Suriah.
Berbicara di Stockholm sebelum menuju Rusia untuk menghadiri KTT G20, Obama mengatakan bahwa kredibilitas Amerika dan dunia dipertaruhkan dalam hal ini. Menurutnya, Assad harus bertanggungjawab atas hilangnya nyawa ribuan orang akibat senjata kimia.
"Bukan saya yang menetapkan batasannya. Tapi dunia yang memutuskan ambang batasnya," kata Obama, terkait penggunaan senjata kimia.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pendukung nomor wahid Suriah mengatakan bahwa persetujuan senat AS telah melangkahi resolusi Dewan Keamanan PBB. Tindakan ini, kata Putin adalah bentuk agresi.
Kendati demikian, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menegaskan bahwa serangan ke Suriah tidak akan memicu bentrokan militer dengan Rusia. "Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah menjelaskannya. Rusia tidak ingin berperang karena Suriah," kata Kerry. (eh)