Jurang Antara Negara Maju dan Berkembang di Forum APEC

Pertemuan Forum Penasihat Bisnis APEC ABAC di Bali
Sumber :
  • VIVAnews / Renne Kawilarang
VIVAnews - Direktur Unit Pendukung Kebijakan Organisasi Asia Pasifik (APEC), Denis Hew, mengatakan kendati 21 anggotanya terdiri dari dua kelompok ekonomi yang berbeda, dia yakin masing-masing dapat mengejar sistem perdagangan bebas yang akan dicapai pada tahun 2015 dan 2020 mendatang. Sebagai forum ekonomi, APEC memiliki negara yang tergolong berkembang dan negara maju. 
Tak Melulu Konsumsi Pil Vitamin, Ini 5 Buah yang Mengandung Vitamin C Tinggi

Demikian ungkapan Hew saat ditemui media usai melakukan jumpa wartawan di ruang Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis 3 Oktober 2013. Menurut Hew, justru di situlah letak keunikan APEC. 
Mendagri: Dewan Kawasan Aglomerasi Bukan Ambil Alih Kewenangan Pemerintahan Daerah

"APEC merupakan forum unik, karena di dalamnya terdapat kelompok negara berkembang dan maju. Tentu masih ada jurang dalam perekonomian mereka, oleh sebab itu APEC memiliki salah satu pilar bernama "ECOTECH" atau Kerjasama Teknis dan Ekonomi," papar Hew. 
Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Gibran Ucapkan Selamat Jadi Pemenang Pilpres 2024

Kedua kelompok negara ini memanfaatkan pilar ecotech sebaga forum untuk memperkaya kapasitas masing-masing. 

"Mereka saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan kemampuan. Negara berkembang dapat belajar kepada negara yang perekonomiannya dianggap sudah lebih maju. Apalagi mereka biasanya juga memiliki sistem tekonologi yang sudah mumpuni. Forum ecotech ini menjadi bagian yang sangat penting," imbuh Hew. 

Saat ditanya media apakah kedua kelompok negara itu dapat mengejar tenggat waktu yang telah termaktub di dalam Deklarasi Bogor, Hew mengaku optimistis. 

"Kami berusaha melakukan yang terbaik. Forum APEC juga berusaha melacak perkembangan ekonomui yang terjadi di tiap negara. Hasilnya kami diskusikan di forum East Asia Summit (EAS). Namun itu hanya untuk individual action plannya saja," kata dia. 

Dalam forum itu dibahas apa saja yang sudah berhasil dicapai antara lain soal liberalisasi perdagangan, hambatan perdagangan dan kebijakan pendukung untuk dapat merealisasikan liberasi perdagangan. 

"Kami memiliki papan instrumen khusus untuk melacak seberapa jauh perkembangan yang sudah dicapai oleh masing-masing negara anggota," ujarnya. 

Indonesia seharusnya bisa ikut memanfaatkan perdagangan bebas Asia Pasifik di tahun 2020 mendatang. Namun, menurut analis ekonomi internasional, Beginda Pakpahan, untuk dapat bersaing, Pemerintah Indonesia perlu menentukan terlebih dahulu sektor andalan apa yang ingin dilempar ke pasar Asia Pasifik. 

"Saat ini Indonesia memiliki banyak sumber daya alam atau bahan mentah dalam jumlah berlimpah. Tinggal bagaimana memberikan nilai tambah ke dalam produk itu sebelum dikirim ke luar negeri," ungkap Beginda yang ditemui VIVAnews beberapa waktu lalu. 

Dengan memberikan nilai tambah ke dalam produk-produk itu, maka dapat turut memberdayakan sumber daya manusia dalam negeri. "Dari situ maka ekonomi akan terus bergerak," imbuh pria lulusan Doktor dari Universitas Edinburgh di awal tahun 2013 ini. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya