Bantuan Korban Topan Haiyan Dibajak Pemberontak Komunis

Lokasi amukan Topan Haiyan di Kota Tacloban Filipina
Sumber :
  • REUTERS/Lt Col Gaudie Lauron/Philippine Air Force/Handout
VIVAnews - Belum usai penderitaan warga Filipina pasca diamuk topan super Haiyan, pilu itu masih harus ditambah dengan berkurangnya bantuan yang seharusnya ditujukan bagi mereka. Pasalnya, bantuan kemanusiaan yang seharusnya diterima warga kota Tacloban, berkurang akibat dicuri kelompok pemberontak komunis. 
Ekonomi Dunia Bergejolak, BI Buka-bukaan Hasil Stess Test Terbaru Sektor Perbankan

Laman Telegraph, Selasa 12 November 2013 memberitakan peristiwa itu terjadi kemarin pagi. Saat itu truk pembawa bantuan kemanusiaan yang tengah melintas di Jembatan San Juanico yang menghubungkaan kota Tacloban dengan daerah lainnya di Provinsi Samar. 
4 Kebiasaan Unik Suku Dayak, Dari Telingaan Aruu hingga Panggil Arwah Leluhur

Tiba-tiba anggota kelompok sayap militan dari Partai Komunis Filipina, Tentara Rakyat Baru, menyerang iring-iringan pembawa bantuan kemanusiaan tersebut. Menurut komandan pasukan militer yang turut mengawal truk pembawa bantuan tersebut, Letnan Kolonel Joselito Kakilala, kelompok itu terdiri dari 15 orang. 
5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Korea Selatan vs Timnas Indonesia di Piala Asia U-23

Peperangan dan aksi tembak menggunakan timah panas pun tak dapat terhindarkan. Dua orang anggota kelompok komunis itu berhasil dilumpuhkan. "Tidak ada korban yang jatuh dari pihak pemerintah," ujar Kakilala. 

Selain dua orang anggota kelompok komunis yang tewas, seorang lainnya terluka. 

Malam harinya, dua pemberontak terbunuh di luar area Matnog, sebuah pelabuhan di bagian selatan Pulau Luzon. Hal itu lantaran keduanya berniat membajak iring-iringan Palang Merah yang membawa bantuan bagi korban selamat di Samar. 

Kekacauan juga terlihat di dalam kota. Demi menjaga keamanan, pemerintah terpaksa memberlakukan jam malam yakni pukul 22.00-06.00 waktu setempat. Selama jam malam berlangsung, tentara elit bertugas untuk mengawasi jalan-jalan dengan menggunakan kendaraan militer. 

Mereka berpatroli di daerah di mana para pengungsi melakukan aksi penjarahan dan mengobrak abrik bantuan lainnya. 

Menurut Komandan Tertinggi Militer, Carmelo Valmoria, tentara khusus yang diturunkan berjumlah 500 orang. Mereka sengaja dikerahkan, karena kota yang berpenduduk sekitar 220 ribu orang itu mulai bertindak anarki. 

Mereka menjarah berbagai produk termasuk mesin cuci dan televisi dari bisnis kecil. 

"Ketika kami tiba di sini, ada berbagai aksi penjarahan di kota. Kini, tugas kami untuk mengembalikan keamanan publik dan memberlakukan kembali hukum," ujar Valmoria seperti dilansir laman Strait Times.

Selain itu, lanjut Valmoria, tentara militer juga melakukan pemeriksaan di beberapa titik di berbagai lokasi di kota Tacloban setiap malamnya. 

"Hal ini untuk mencegah pihak-pihak tertentu yang bukan penduduk kota ini masuk ke dalam," imbuh dia. 

Sementara Menteri Dalam Negeri Filipina, Mar Roxas, mengatakan dengan adanya kehadiran polisi, tentara militer dan pemerintah akan memperbaiki keadaan. 

"Walaupun hal itu tidak dapat dilakukan hanya dalam waktu satu malam. Langkah ini termasuk salah satu cara yang kami gunakan demi meminimalisasi aksi penerobosan dan penjarahan," kata Roxas. 

Dengan kehadiran mereka, lanjut Roxas juga dapat mencegah berbagai kelompok tertentu yang sedang membidik kesempatan untuk menjarah rumah warga. 

"Kami tahu ada beberapa warga yang tidak dapat kembali ke rumahnya," tutur dia. 

Sementara untuk mempercepat proses distribusi bantuan kepada warga kota Tacloban, Roxas mengatakan Departemen Pekerjaan Umum telah membersihkan satu jalur jalan tol agar bisa mengakses masuk ke dalam kota. Dia menambahkan saat ini ada tiga hal yang menjadi prioritas pemerintah yaitu mengembalikan perdamaian dan aturan, membawa masuk bantuan kemanusiaan dan mulai mengumpulkan jasad korban tewas. 

"Kami telah melampaui target satu dan dua. Kini fokus kami kepada pengumpulan jasad korban tewas," kata dia.  (umi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya