Cari Sesuap Nasi, Tuna Wisma Ini Bikin Paket Wisata Pengemis

Paket wisata pengemis
Sumber :
VIVAnews -
Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series
Mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya di benak pria asal Seattle bernama Mike Momany jika kelak suatu saat dirinya akan menjadi seorang tuna wisma. Namun, takdir berkata lain dan usaha yang dirintis Momany bangkrut.

Nasib 5 Polisi yang Ditangkap Terkait Narkoba di Depok

Tak lagi memiliki sepeser pun uang, Momany terpaksa hidup sebagai tuna wisma, walaupun dulu pernah bekerja sebagai seorang kontraktor pemrogram. Laman
Direkomendasikan oleh IDI, Apa Sih Physical Sunscreen Itu?
News Corporated Australia, Rabu 4 Desember 2013 melansir, Momany tak putus asa menghadapi kenyataan menjadi miskin.


Pria berusia 62 tahun itu melakukan berbagai cara untuk memperoleh uang. Awalnya, dia membuat paket perjalanan berkeliling kota Washington, khususnya ke area penanaman ganja. Namun, dia mengubah strateginya dan lebih menyasar ke daerah yang disasar oleh para tuna wisma seperti dirinya sendiri.


Maka muncullah ide membuat paket perjalanan selama tiga hari berkeliling beberapa jalan di Seattle dan menyusuri lokasi para tuna wisma berada. Di area tersebut, Momany memperkirakan ada sekitar sembilan ribu tuna wisma mendiami jalan-jalan di kota Seattle.


Dia menyebut paket turnya itu sebagai kursus privat untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap isu kaum tuna wisma. Bagi peserta yang tertarik, mereka juga memiliki kesempatan untuk mengenakan pakaian layaknya seorang tuna wisma.


Peserta juga akan diajak menginap di sebuah hostel dengan biaya US$15 atau Rp180 ribu, sehingga mereka turut merasakan pengalaman tinggal di tempat penampungan. Bagaimana Anda tertarik?


Apabila pengalaman tersebut tidak juga menarik minat, Anda bisa duduk di sekitar Perpustakaan Umum Seattle. Di situ banyak kaum tuna wisma yang dapat Anda ajak ngobrol. Anda juga dapat merasakan tidur sejenak di bangku taman pada pukul tiga dini hari.


Namun, untuk dapat mengikuti tur ini, peserta dipungut biaya yang tidak sedikit yaitu US$2.000 atau Rp23 juta. Sebanyak 25 persen dari biaya itu, akan dia sumbangkan ke organisasi amal. Sisanya, sebanyak 75 persen akan masuk kantong pribadi Momany.


Sejauh ini, program jalan-jalan yang digagas Momany memang belum berhasil menggaet minat peserta. Tetapi sudah mengundang perdebatan mengenai tujuan program itu dibuat.


Di mata Direktur Koalisi Nasional bagi kaum tuna wisma, Michael Stoops, Momany berupaya mengambil keuntungan dari kesulitan yang dialami orang lain. Tujuan Momany untuk menyadarkan publik mengenai isu kaum tuna wisma sudah tepat. Namun, dia merasa bukan sebuah ide yang bagus untuk mengambil keuntungan dari program tersebut. (eh)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya