Tak Tahu Etika di Meja Makan, Suami Digugat Cerai

Sumber :
VIVAnews - Beberapa pasangan suami istri di Kuwait pada penghujung tahun 2013 membuat kejutan dengan bercerai karena berbagai alasan yang unik. Salah satunya, seorang perempuan memilih bercerai dari suaminya karena tidak suka memakan kacang polong dengan menggunakan sebuah garpu. 
Kerbau Albino Diundang ke Gedung Pemerintah, Harganya Rp7,8 Miliar

Dilansir laman Gulfnews awal pekan ini, sang suami lebih suka makan kacang polong menggunakan roti. Di mata sang istri, sang suami gagal memiliki tata krama dan etika di meja makan. 
Terdakwa Yosep Subang Diadili Bunuh Istri dan Anak Demi Uang, Korban Dibacok Pakai Golok

Sang istri merasa terkejut melihat pemandangan itu dan mengaku tak tahan lagi hidup satu atap dengan suaminya. Menurut laporan harian Al Qabas, alhasil sang istri menuntut cerai. 
Bank Muamalat Cetak Laba Rp 14,1 Miliar pada 2023, Aset Tumbuh 9 Persen

Dalam kasus lainnya, seorang wanita mengatakan kepada pengacaranya bahwa dia ingin bercerai dari suaminya karena memaksa agar pasangannya itu memencet tabung pasta gigi di bagian pinggir, bukan di bagian tengah. 

"Kami selalu saja bertengkar. Padahal saya telah memberitahunya bahwa dia seharusnya memencet tabung dari bagian pinggir. Tapi tetap saja dia keras kepala dan menolaknya," ungkap sang istri. Sang suami, menurutnya sangat keras kepala. 

Lain lagi dengan kasus yang dialami pasutri satu ini. Sang suami menceraikan istrinya, hanya karena dia menolak membawakan air minum. Sang istri menolak dan beralasan mereka memiliki seorang pembantu yang dapat melakukan hal tersebut. 

Padahal sang suami sudah meminta istrinya dua kali untuk membawakan air minum, namun tetap ditolak. Saat bertengkar itulah, sang suami menyampaikan bahwa pernikahannya telah berakhir karena si istri sudah diceraikan. 

Dari tiga peristiwa di atas, alasan perceraian di Kuwait tidak lagi semata-mata didominasi isu penyiksaan atau kurangnya komunikasi. Penyebab perceraian yang kini terjadi lantaran hal yang tidak biasa dan sering kali aneh. 

Ketinggalan Zaman

Dari kacamata hukum di Kuwait, rata-rata perceraian dipicu karena salah satu pihak tidak bisa menerima sikap pasangannya. 

"Satu isu penting yaitu banyak pasangan yang seharusnya menggunakan periode pertunangan untuk saling mengenal satu sama lain. Sehingga, mereka dapat menentukan apakah terus melanjutkan hubungan itu atau tidak," ujar seorang ahli hukum. 

Periode saling mengenal lewat tunangan, di mata ahli hukum itu, sudah ketinggalan zaman. Kini, sudah banyak kesempatan untuk lebih dulu mengetahui kehidupan sehari-hari calon pasangan dan memutuskan apakah dia pasangan hidup yang tepat. 

Dalam beberapa kasus perceraian, bahkan tidak ada niat yang tulus untuk mengubah konsep sebuah pernikahan menjadi pembentukan institusi keluarga dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Apabila peristiwa semacam ini terjadi, maka pasangan di masa depan memerlukan panduan hukum, sosial dan psikologis untuk membantu mereka membuat keputusan. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya