Tiongkok-Rusia Tanda Tangan Kesepakatan Gas US$40 Miliar

Presiden Rusia Vladimir Putin
Sumber :
  • REUTERS/Michael Klimentyev/RIA Novosti/Kremlin
VIVAnews
Sosok Abu Shujaa, Komandan Perang Al Quds yang 'Bangkit' dari Kematian
- Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Rabu kemarin telah menandatangani kesepakatan untuk memasok gas alam ke Tiongkok selama 30 tahun ke depan. Tidak tanggung-tanggung, nilai kontraknya diprediksi mencapai US$40 miliar.

Ketua DPRD Sebut Pemkab Klungkung Komitmen Tangani Kerusakan Jalan di Nusa Penida

Dilansir dari kantor berita
Komentar Calon Kiper Timnas Indonesia Usai Bawa Inter Milan Sabet Scudetto
BBC , kesepakatan itu diteken di pertemuan tingkat tinggi di Shanghai. Dari kesepakatan itu, Rusia akan memasok sebesar 30 miliar kubik meter gas alam ke bagian timur Tiongkok mulai 2018.

Namun, muncul perdebatan mengenai harga yang ditawarkan Negeri Beruang Merah. Kendati akhirnya Tiongkok menyepakati perjanjian itu, tetapi mereka melalui proses tawar-menawar yang tidak mudah.


Kepada stasiun berita Rusia,
Rossiya
, Putin menyebut harga yang disepakati memuaskan bagi kedua pihak.


"Sama seperti dalam semua kontrak internasional yang kami miliki dengan mitra barat, khususnya Eropa barat, kami telah menghitung berdasarkan produk minyak dan minyak. Jelas ini telah dikalkulasi dan menggunakan rumus umum untuk pemberian harga," kata Putin.


Namun, seorang sumber yang dikutip media Rusia dan dilansir harian
Washington Post
memprediksi kesepakatan gas Tiongkok yang diteken yakni US$350 atau Rp4 juta per 1.000 kubik meter gas. Angka ini muncul berdasarkan proyeksi harga jangka panjang yang diumumkan oleh CEO perusahaan gas negara Rusia Gazprom, Alexei Miller.


Keputusan Tiongkok untuk membeli gas dari Rusia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi Negeri Tirai Bambu yang kian melesat. Hal itu berdampak terhadap kebutuhan energi bersih, khususnya untuk sumber pembangkit tenaga.


Selama ini Tiongkok bergantung terlalu banyak kepada batu bara, sehingga menyebabkan permasalahan polusi di negara itu.


Lebih dari 10 tahun, Tiongkok selalu bergantung pasokan gas dari Turkmenistan. Bahkan, tahun lalu, Tiongkok mengimpor gas alam melalui jalur pipa dari Myanmar. 


Sementara itu, bagi Rusia, kesepakatan ini membuat negara itu memiliki alternatif lain untuk mengekspor gas mereka selain ke Benua Eropa. Krisis politik dengan Ukraina telah meningkatkan seruan di negara-negara Eropa untuk mengurangi ketergantungan pasokan gas dari Rusia.


Padahal setiap tahunnya, Rusia memasok sekitar 30 persen gas ke Eropa.


Setelah penandatanganan ini, maka masalah lain yang harus segera diselesaikan yaitu pembangunan jalur pipa gas ke Tiongkok. Saat ini, sudah ada satu pipa yang menyalurkan energi dari bagian timur Rusia ke perbatasan Tongkok. Pipa itu diberi nama kekuatan Siberia.


Pembangunannya sudah dimulai sejak 2007, tiga tahun setelah Gazprom dan Perusahaan Minyak Nasional China (CNPC) meneken kesepakatan awal.


Menurut analis energi dan minyak di RusEnergy, Mihkail Krutikhin, biaya untuk membangun infrastruktur pengiriman gas itu memakan biaya US$70 miliar.


Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Rusia, di mana nilai perdagangan keduanya mencapai US$90 miliar pada 2013. Kedua negara itu sepakat untuk melipatgandakan volume perdagangan menjadi US$200 miliar dalam kurun waktu 10 tahun. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya