Di Tiongkok, Tiap Hari 1.600 Orang Tewas karena Kerja Keras

Ilustrasi karyawan.
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Masyarakat Tiongkok dikenal sebagai pekerja keras yang gigih dan tekun. Tidak jarang, mereka bekerja tanpa memedulikan kondisi tubuh yang kelelahan. Tidak heran ribuan orang tewas setiap hari di negara ini karena terlampau lelah dalam bekerja.

Diberitakan China Youth Daily pekan lalu, 600.000 ribu orang meninggal dunia per tahunnya di Tiongkok akibat bekerja terlalu keras. China Radio International mencatat, artinya ada 1.600 orang di negara itu tewas karena bekerja setiap hari.

Kasus terbaru terjadi pada Li Jianhua, seorang PNS di Komisi Regulasi Perbankan Tiongkok pada 22 April lalu. Pria 48 tahun itu tewas karena serangan jantung setelah semalaman tidak tidur, mengejar target menyelesaikan laporan sebelum matahari terbit.

Di mata koleganya, Li memang tidak perhatian pada kesehatan dan tetap bekerja kendati sakit. Pernah satu kali, dia tetap bekerja dalam sebuah kunjungan ke Provinsi Hunan kendati sedang diderita penyakit herpes zoster.

Nasdem dan PKS Diskusi Ikut Koalisi atau Oposisi, Surya Paloh: Masih Dikaji, Belum Final

Dokter telah memperingatkannya untuk melakukan general check up setelah adanya gejala penyakit berat. Namun, dia mengabaikannya dan beberapa pekan setelahnya, dia meninggal.

Namun, bukannya jadi peringatan bagi pekerja lainnya, atasan Li malah memujinya dan menjadikannya contoh pekerja teladan. "Kamerad Li Jianhua, mengambil lembur, siang dan malam, dan meletakkan energi serta hasratnya untuk urusan regulasi," ujar atasannya dalam sebuah pernyataan 10 Juni lalu.

Pada Mei tahun lalu, seorang karyawan junior di Ogilvy Public Relations Worldwide Tiongkok berusia 24 tahun meninggal dunia di mejanya karena kelelahan. Ada lagi seorang auditor berusia 25, pekerja di Pricewaterhouse Coopers Shanghai yang juga tewas karena capek bekerja. Dalam blog pribadinya, dia mengaku menderita demam dan sangat butuh liburan.

Fenomena kerja keras ini dinamakan "guolaosi" di Tiongkok. Bagi masyarakat Tiongkok, pekerjaan nomor satu. Tidak heran, foto-foto keluarga jarang terlihat di meja-meja kerja. Kebanyakan anak-anak mereka dibesarkan oleh nenek dan kakek di provinsi yang jauh.

Ini tidak hanya ada di Tiongkok, tapi di negara-negara serumpunnya seperti Korea dan Jepang. Menurut para ahli, para pekerja ini beranggapan bahwa pekerjaan mereka penting bagi pembangunan dan ekonomi negara.

"Di Tiongkok, ada keyakinan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah demi pembangunan yang berguna bagi negara, demi kemajuan ekonomi, tapi melupakan diri sendiri. Seharusnya jangan dilupakan, bekerja terlalu keras bisa mengakibatkan kerusakan bagi negara dan keluarga," kata Yang Heqing, Dekan Fakultas Ekonomi Pekerja di Capital University of Economics and Business di Beijing, dikutip dari Today Online. (art)

Pernah Jadi Puteri Indonesia, Angelina Sondakh Ungkap Kenangan dengan Mooryati Soedibyo
Ketua KPU Depok, Willi Sumarlin

Pendaftaran Petugas PPK Dimulai, KPU Depok Akan Rekrut 55 Orang

PPK akan bekerja selama delapan bulan.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024