Ukraina dan Rusia Sepakati Gencatan Senjata Permanen

Presiden Vladimir Putin dan Presiden Petro Poroshenko bertemu di Belarusia
Sumber :
  • REUTERS/Grigory Dukor
VIVAnews - Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, pada hari ini mengumumkan kesepakatan terkait konflik di timur Ukraina bersama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Informasi itu disampaikan Poroshenko melalui akun Twitter pribadinya. 
Ganjar Beri Sinyal PDIP di Luar Pemerintahan, Gerindra Tetap Ajak Bersama-sama

Harian Inggris, The Guardian, edisi hari ini melaporkan, kesepakatan itu diperoleh Poroshenko setelah berkomunikasi melalui telepon dengan Putin. Tak lama kemudian, Poroshenko mengklarifikasi bahwa kesepakatan itu terkait gencatan senjata permanen di Ukraina.
Putusan MK Bersifat Final, Prof Niam: Kontestasi Telah Usai, Saatnya Bersatu

"Setelah berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia, kami mencapai kesepakatan dalam pencapaian sebuah gencatan senjata di Donbass. Kemenangan untuk Ukraina!," tulis Poroshenko di akun Twitternya.
Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya

Kini, Ukraina akan memasuki proses negosiasi dengan Moskow dan pemimpin kelompok separatis di daerah itu. 

Mendengar pernyataan Poroshenko, kantor berita Rusia, RIA Novosti buru-buru mengklarifikasi dengan mengutip Juru Bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov. Dia menjelaskan dalam komunikasi melalui telepon, yang dibicarakan bukan mengenai gencatan senjata.

"Yang dibicarakan yakni bagaimana cara mengakhiri konflik. Kami tidak membicarakan gencatan senjata, karena Rusia bukanlah bagian dari konflik tersebut," ungkap Peskov.

Namun, dia tidak menjelaskan secara detail mengenai pembicaraan di telepon itu. Hingga saat ini pun, belum ada respons dari kelompok separatis Ukraina yang diperangi oleh militer pemerintah sejak April lalu.

Kesepakatan itu dilakukan jelang pertemuan tingkat tinggi Organisasi Aliansi Atlantik (NATO) di Wales, Inggris pada Kamis esok. Di sana, akan dibahas langkah-langkah untuk mengatasi agresi Rusia di Ukraina. 

Ribuan Melayang

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, ikut hadir dalam pertemuan yang digelar di Estonia untuk mencari solusi damai di Ukraina. Dia tiba pada hari ini demi menunjukkan solidaritas terhadap sekutu negara-negara anggota NATO yang mulai khawatir akan menjadi target agresi selanjutnya Rusia.

Akibat konflik militer di timur Ukraina, telah menyebabkan ribuan nyawa melayang. Data dari PBB per tanggal 29 Agustus 2014 yang dikutip BBC melansir sekitar 2.593 orang telah terbunuh sejak pertengahan April lalu. Apabila ditambah dengan korban tewas dari jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, maka jumlahnya bisa mencapai 3.000 orang.

Sementara, sebanyak 260 ribu orang mengungsi ke area mana pun di Ukraina dan 814 ribu warga lainnya memilih kabur ke Rusia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya