- Reuters / Regis Duvignau
VIVAnews - Puluhan ribu warga Prancis turun ke jalan turut serta dalam gerakan Manif Pour Tous (MPT) atau demonstrasi untuk semua, sebagai protes menentang reproduksi berbantuan medis (PMA) dan kehamilan di luar rahim ibu (GPA), Minggu, 5 Oktober 2014.
Reproduksi berbantuan medis adalah proses reproduksi menggunakan teknologi seperti induksi ovulasi, stimulasi ovarium, pemicuan ovulasi, termasuk penggunaan sperma donor. Laman RT, Senin, 6 Oktober, menyebut ratusan ribu orang ikut pada protes di Paris dan Bordeaux.
Penyelenggara aksi protes menyebut di Paris saja ada lebih dari 500.000 orang yang turut dalam aksi, atau lima kali lipat lebih banyak dari aksi serupa yang digelar Februari lalu. Sementara di Bordeaux, aksi protes diikuti tidak kurang dari 30.000 orang.
Surat kabar Libération menulis, petisi menyerukan pelarangan bagi pengaturan kehamilan disebut telah ditandatangani lebih dari 200.000 orang, pada Minggu pagi, hanya empat hari setelah didistribusikan di internet.
Menurut panitia protes, aksi mereka ditujukan untuk menentang pengaturan kehamilan bagi pasangan sesama jenis. Mereka menyerukan didukungnya nilai-nilai tradisional keluarga, di mana anak-anak tidak dianggap sebagai benda. Anak membutuhkan seorang ayah dan ibu.
Presiden gerakan MPT, Ludovine de la Rochere, mengatakan nilai-nilai tradisional keluarga harus diperjuangkan dengan segala upaya. Jajak pendapat yang dilakukan Ifop, menyebut 31 persen publik Prancis mendukung tuntutan MPT.
Perdana Menteri Prancis manuel Valls, Jumat, 3 Oktober, menjamin bahwa pengaturan kehamilan masih dan akan tetap dilarang di Prancis. Pada Mei 2013, Presiden Francois Hollande menandatangani undang-undang pernikahan kontroversial yang membolehkan pernikahan sesama jenis, walau mendapat penentangan dari sebagian besar rakyat Prancis.