Malala, Idola Dunia yang Terabai di Negeri Sendiri

Malala Yousafzai peraih Nobel Perdamaian 2014.
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVAnews - Malala Yousafzai yang kini tercatat sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah. Dia dipuji di seluruh dunia sebagai pejuang hak-hak perempuan.

LIVE: Momen Bersejarah Raja Aibon Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak TNI ke Letkol Danu

Tapi di Pakistan, dia dianggap sebagai bagian dari rekayasa untuk menyudutkan citra negerinya, seperti dilansir dari Reuters edisi 10 Oktober 2014.

Malala yang lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Pakistan itu berani memperjuangkan hak perempuan untuk mengenyam pendidikan. Hingga seorang militan Taliban, pada 9 Oktober 2012, menembak Malala di kepala yang tembus dari dahi hingga bahunya.

Sempat koma dan dalam kondisi kritis, Malala yang ketika itu berusia 15 tahun akhirnya dikirim ke Rumah Sakit Ratu Elizabeth di Birmingham, Inggris. Kini Malala telah sehat, namun Taliban menyatakan tetap akan berusaha membunuh Malala dan ayahnya.

Upaya pembunuhan terhadap Malala telah memicu dukungan internasional bagi Malala. Pada Januari 2013, Deutsche Welle menulis bahwa Malala telah menjadi remaja paling terkenal di dunia.

Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global Gordon Brown, membuat sebuah petisi PBB dengan slogan "Saya Malala" untuk menyerukan agar semua anak-anak di seluruh dunia dapat bersekolah pada akhir 2015.

Petisi itu turut mendorong diratifikasinya Undang-Undang Hak Pendidikan di Pakistan. Pada 29 April 2013, majalah Time memasukkan Malala dalam daftar 100 individu paling berpengaruh di dunia.

Malala juga masuk dalam nominasi peraih Nobel Perdamaian pada 2013. Sayangnya komite Nobel lebih memilih menetapkan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) sebagai pemenang.

Hadiah Nobel Perdamaian yang merupakan pemberian penghargaan internasional paling prestisius, kerap mendapat cibiran karena adanya beberapa pemenang yang dianggap tidak menginspirasi dan kontroversial.

Namun diumumkannya Malala sebagai peraih Nobel Perdamaian 2014 disambut dengan baik oleh semua pihak. Malala merupakan orang Pakistan kedua yang menerima Hadiah Nobel setelah Abdus Salam.

Malala telah menjadi idola bagi dunia. Tapi di negerinya yang konservatif, banyak pihak memandangnya penuh kecurigaan. Tidak hanya diabaikan sebagai seorang pejuang hak-hak perempuan, dia bahkan dituding sebagai bagian dari rekayasa Barat untuk merusak citra Pakistan di luar negeri.

Keinginan Malala yang kini berusia 17 tahun sederhana. Dia ingin semua anak-anak perempuan Pakistan dapat memperoleh hak mengenyam pendidikan. Sekolah yang mungkin tidak disukai sebagian remaja lain di dunia, merupakan mimpi bagi anak-anak perempuan Pakistan.

Taliban melarang perempuan mengenyam pendidikan. Anak-anak perempuan yang bersikeras untuk tetap bersekolah akan menjadi sasaran pembunuhan, termasuk keluarganya.

"Teroris berpikir mereka akan mengubah tujuan kami dan menghentikan ambisi kami. Tapi tidak ada yang berubah dalam hidup Saya, kecuali: kelemahan, takut dan keputusasaan musnah. Tenaga, kekuatan dan keberanian lahir," kata Malala saat berbicara di PBB, pada 2013.

Malala mengaku sudah memaafkan pelaku yang berusaha membunuhnya. Tidak ada sedikit pun kebencian. Kini Malala tinggal di Inggris dan tidak dapat kembali ke Pakistan karena Taliban telah mengancam untuk membunuh dia dan seluruh anggota keluarganya.

Ditegaskan Malala, pepatah yang menyebut "pena lebih tajam dari pedang" adalah benar. "Ekstrimis takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan bagi mereka," ujar Malala. (ita)

Kendarai Sepeda Motor Baru, Pelajar SMA di Brebes Terlindas Truk 
Catherine Wilson

Terpopuler: Catherine Wilson Malu sampai Atta Halilintar Kirim Doa

Round-up dari kanal Showbiz pada Jumat, 19 April 2024. Salah satunya tentang Catherine Wilson yang merasa malu karena mobil pemberian Idham Masse ditarik leasing.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024