AS-China Sepakat Kerjasama Kurangi Gas Karbon

Presiden AS Barack Obama dan Wapres Xi Jinping dari China
Sumber :
  • REUTERS/Jason Reed
VIVAnews - Di sela KTT G20 yang berlangsung pada Sabtu kemarin, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyampaikan komitmennya untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyumbang dana senilai US$3 miliar ke organisasi Green Climate Fund. Itu merupakan badan yang dibentuk oleh PBB, UNFCCC, yang salah satunya berfungsinya menggalang dana untuk mengatasi isu perubahan iklim. 
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg 2024 Pekan Depan, Total Ada 297 Perkara

Harian Inggris, The Guardian, Minggu, 16 November 2014, menyebut pengumuman itu disampaikan oleh Obama ketika berpidato di hadapan mahasiswa Universitas Queensland, Brisbane. Langkah ini, jelas bertolak belakang dengan keinginan tuan rumah, Australia, yang justru tidak ingin memasukkan isu perubahan iklim ke agenda mereka. 
BRI Targetkan Pengguna BRImo Tembus 36 Juta di Akhir 2024

"Tidak ada bangsa yang kebal dan setiap negara memiliki sebuah tanggung jawab atas bagiannya masing-masing. Anda akan mengingat kembali di bagian awal ketika saya mengatakan AS dan Australia memiliki begitu banyak kesamaan. Salah satunya, kami banyak memproduksi gas karbon," kata Obama. 
Ancaman Mengerikan dari Presiden Iran Jika Israel Lakukan Hal Ini

Oleh sebab itu, Obama berpikir, sudah saatnya semua negara bertindak. Dengan adanya pendanaan ini, lanjut Obama, maka akan dapat membantu masyarakat yang rentan akan dampak perubahan iklim. Mereka dapat membangun sistem peringatan dini, pertahanan yang kuat terhadap badai dan infrastruktur tahan iklim serta mendukung petani untuk bisa menanam jenis tanaman yang berkualitas. 

Dia kemudian juga menyinggung soal kesepakatan di bidang perubahan iklim dengan China. Kesepakatan itu diteken di sela KTT APEC yang berlangsung di Beijing pada awal pekan ini. 

Laman USA Today melansir, dalam kesepakatan itu, AS sepakat untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida antara 26 persen dan 28 persen hingga tahun 2025 mendatang. Sementara, China, setuju untuk mengurangi emisi gas karbonnya hingga di tahun 2030 mendatang. 

"Alasan kesepakatan tersebut sederhana, jika perkembangan China yang pesat juga menghasilkan jumlah emisi gas karbon sama seperti negara maju lainnya seperti AS atau Australia, maka planet ini tidak akan bertahan," kata Obama. 

Dia menambahkan, dari kesepakatan tersebut, baik negara maju dan berkembang, masing-masing harus mampu mengatasi, melihat fakta sains dan mencapai kesepakatan yang kuat mengenai perubahan iklim pada tahun depan. 

"Dan jika China dan AS bisa sepakat mengenai masalah ini, maka dunia pun juga bisa melakukan hal yang sama," tegas dia. 

Dalam kesempatan itu, Obama menyadari isu perubahan iklim tengah menjadi perdebatan hangat di Negeri Kanguru. Namun, dia mengingatkan bahwa kawasan Asia Pasifik memiliki kepentingan terkait perubahan iklim. 

"Di sini, perubahan iklim memicu terjadinya kenaikan suhu, yang berarti lebih sering terjadi badai dan lebih ekstrem. Akan terjadi lebih sering banjir dan permukaan air laut akan naik dan dapat menenggelamkan Kepulauan Pasifik," ujar dia. 

Disambut Baik

Kesepakatan China dan AS itu disambut baik oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon. Dia menyebut, dengan adanya kesepakatan itu, maka akan membuat perjanjian yang berarti ketika digelar Konferensi UNFCCC di Paris tahun 2015. 

Sambutan positif juga disampaikan oleh Presiden Dewan Uni Eropa, Herman Van Rompuy. Kesepakatan itu, ujar Van Rompuy, akan menandai suksesnya Konferensi Paris. Selain itu, sebanyak 28 negara anggota UE, kata dia, telah sepakat untuk memotong gas emisi karbon hingga 40 persen.  (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya