11 WNI 'Disandera' karena Kapal Berutang Pada Tiga Negara

ABK Indonesia terjebak di Inggris
Sumber :
  • ITF
VIVA.co.id
ABK Indonesia di Inggris Tak Boleh Tinggalkan Kapal
- Sebanyak 13 orang anak buah kapal berbendera Italia, Sunflower E Genova, terjebak setelah kapal mereka ditahan oleh otoritas Inggris di Newport, Wales, karena menunggak utang pada tiga negara.

13 ABK Tertahan di Inggris, Kemenlu Tunggu Hasil ITF

Sebanyak 11 abk berasal dari Indonesia, satu dari Filipina, satu dari Rumania dan seorang kapten kapal dari Italia. Salah satu WNI adalah Bareb Sanjaya, taruna tingkat 3 PIP Semarang, yang sedang tugas praktek di kapal itu.
11 ABK Indonesia Terjebak di Inggris Tak Digaji 4 Bulan


"Saya seharusnya pulang Juni ini untuk laporan pada pihak akdemi. Apabila tidak, maka saya terancam dipecat dari akademi," kata Bareb dalam surat elektroniknya pada VIVA.co.id, Sabtu, 30 Mei 2015.


Bareb mengatakan kapal ditahan sejak tiba di Newport, pada 10 Maret lalu, karena Energy Shipping Srl Italy sebagai perusahaan pemilik kapal, mengalami kebangkrutan dan menunggak pembayaran utang.


"Kami sebagai kru kapal tidak diperkenankan pulang, sebelum masalah (pembayaran utang) diselesaikan. Kondisi kami saat ini menderita, gaji tidak dibayar empat bulan lebih," tulisnya.


Saat ini para ABK itu hidup dari belas kasihan otoritas pelabuhan, serta misionaris dari gereja setempat. "Bahkan ada satu kru sudah tidak pulang lebih dari setahun, walau kontraknya sudah habis," kata Bareb.


Dia mengatakan saat ini hanya dibantu oleh Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF). "Hampir tiga bulan mereka hanya bekerja sendiri, untuk memperjuangkan nasib kami," ucapnya.


"Kami sudah lapor ke KBRI di London, sejauh ini mereka cuma menunggu kabar dari ITF tanpa melakukan lobi, atau upaya lain terhadap pihak Italia, agar bersikap adil dan menyelesaikan kewajiban mereka pada kami," ujarnya.


Agen para kru di Indonesia juga disebutnya lepas tangan dari keluarga para ABK. Keluarga kesulitan menghubungi kantor agen, semua staf juga tidak bisa dihubungi karena ponsel mereka tidak aktif.


"Kami tidak ingin jadi pengemis di negeri orang. Kami ingin pemerintah tolong perhatikan. Kami bawa nama negara, kami bekerja di sini untuk devisa negara juga," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya