Alasan ISIS Merekrut Remaja Jadi Bomber

ISIS rilis video baru pelatihan tentara anak.
Sumber :
  • YouTube

VIVA.co.id – Makin maraknya kelompok ekstrimis menggunakan anak-anak remaja sebagai "senjata", tentu semakin meningkatkan kekhawatiran atas masa depan mereka.

Teroris Kini Cari Duit di Media Sosial

Para remaja tak berdosa ini digiring ke "lubang kematian" dengan mengikatkan bahan peledak di pinggang atau tubuh, serta menempatkan mereka di garis depan di Irak dan Suriah.

Analis dan penulis Hisham al-Hashimi, mengingatkan pemerintah Irak bahwa pada tahun ini ISIS telah mengaktifkan apa yang dinamakan Brigade Pemuda Surga (Heaven's Youth Brigade).

Enam Bulan Jadi Budak Seks ISIS, Remaja Ini Berhasil Kabur

Brigade ini merupakan kumpulan anak-anak remaja yang direkrut kelompok militan, sebagai reaksi terhadap kerugian mereka di medan perang Irak dan Suriah.

"ISIS sudah menyiapkan pasukan. Mereka (para remaja) lebih mudah direkrut (ISIS) untuk misi bunuh diri, terutama di saat mereka sedang menderita atau putus asa karena keluarga maupun saudara yang dicintainya tewas akibat perang," kata al-Hashimi, seperti dikutip situs Reuters, Selasa, 23 Agustus 2016.

AS Peringatkan Potensi Terbentuknya ISIS Jilid II

Mereka, al-Hashimi melanjutkan, secara psikologis sangat rentan terbawa arus karena sedang mencari jati diri. Terlebih, jika mereka hidup di wilayah konflik yang berkepanjangan. Di sinilah, ungkapnya, ISIS memainkan perannya.

Setelah para remaja ini direkrut, mereka lalu dibawa ke 'markas ISIS' di Raqqa, Suriah, untuk diindoktrinasi dan diajarkan bagaimana menggunakan senjata dan merakit bom, termasuk serangan bunuh diri dengan menempelkan bom di tubuh (bomber).

"Mereka mewakili bentuk efektivitas perang psikologis dan menyebabkan ketakutan bagi tentara musuh. ISIS memobilisasi anak-anak dan remaja pada tingkat yang mengkhawatirkan," ungkapnya.

Pada Februari 2016, sebuah studi dari Pusat Penanggulangan Terorisme di Akademi Militer Amerika Serikat, West Point, menunjukkan dalam periode Januari 2015-Januari 2016, sebanyak 39 persen anak-anak tewas dalam serangan bom bunuh diri dan 33 persen dalam perang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya