Presiden China Minta Jokowi Muluskan Proyek Kereta Cepat

Presiden Jokowi (kiri) bersama Presiden China Xi Jinping (kanan) saat bilateral beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • News.com

VIVA.co.id – Presiden China, Xi Jinping mendesak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk memuluskan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang memiliki nilai proyek sekira US$5,1 miliar atau setara Rp67,3 triliun. Hal itu disampaikan Jinping saat bertemu dengan Jokowi di Hangzhou, China, jelang KTT G-20.

Mengenal 'Tukang Las Asing' Kereta Cepat yang Sempat Bikin Heboh

Pertemuan ini diketahui selang dua pekan setelah Indonesia menenggelamkan 71 kapal asing, di mana tiga di antaranya merupakan kapal asing dari China terkait respons kemelut di perairan sekitar Kepulauan Natuna. Soal penenggelaman, Xi tak menyinggung, dia hanya mengatakan fokus pada kerjasama China dan Indonesia untuk saling berbagi 'kepentingan besama' yang luas.

"Kerjasama yang dimaksud berorientasi pada infrastruktur, produktivitas, perdagangan, investasi, keuangan, dan e-commerce, untuk membangun proyek unggulan lainnya," kata Jinping. 

Kereta Cepat Akan Terhubung dengan LRT Jabodebek dan Transjakarta

Maka itu, ia berharap soal kereta cepat, proyek yang saat ini masih mandek itu segera diselesaikan.

Sementara itu, seorang ahli hubungan internasional dari Jinan University, Dai Fan, wajar jika Xi meminta hal itu kepada Joko Widodo. Sebab, kelancaran pelaksanaan proyek bisa menjadi contoh bagi proyek-proyek China lainnya di sejumlah negara.

Mundur Lagi, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Beroperasi Juni 2023

"China melakukan banyak proyek di luar negeri, beberapa di antaranya telah mengalami masalah besar. China sekarang membutuhkan model yang berjalan lancar dan berkembang dengan baik. Dan Presiden Xi ingin proyek kereta cepat sebagai model yang berkembang dengan baik," katanya.

Richard Javad Heydarian, seorang profesor ilmu politik di De La Salle University di Manila, mengatakan bila proyek monorel itu merupakan langkah strategis yang relevan. Karena, dianggap turut memengaruhi hubungan Beijing dan Jakarta.

"Ini kegagalan dan akan menjadi pukulan besar untuk kredibilitas China yang tengah berkembang. Maka tak heran Xi ingin memiliki catatan diplomasi perifer yang efektif, ini adalah defensif," katanya. (Xinhua dan South China Morning Post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya