Kisah Perusahaan Inggris 'Dibeli' Pentagon Rp7 Triliun

Pasukan Militer Irak.
Sumber :
  • REUTERS/Alaa Al-Marjani

VIVA.co.id – Perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi (public relations/PR) bernama British Bell Pottinger dilaporkan telah dibayar US$540 juta (£417 juta/Rp7 triliun) oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk membuat materi kampanye negatif atau propaganda di Irak.

Range Rover EV Siap Meluncur, Fitur Berlimpah untuk Semua Medan Jalan

Kampanye tersebut menggambarkan Al-Qaeda sebagai cahaya yang negatif sebagai bagian dari strategi melacak tersangka, baik pimpinan maupun simpatisan, dari kelompok tersebut.

Dalam perjanjian, Bell Pottinger harus melakukan operasi pencarian informasi dan operasi psikologis sejak Mei 2007-Desember 2011.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Sebuah laporan terbaru oleh Biro Investigasi Jurnalisme (Bureau of Investigative Journalism/TBIJ), seperti dikutip dari situs Ibtimes, Rabu, 4 Oktober 2016, menunjukkan bahwa perusahaan yang berpusat di London, Inggris, itu memang dikenal memiliki klien yang kontroversial.

Daftar klien Bell Pottinger antara lain pemerintah Arab Saudi, Yayasan Augusto Pinochet (mantan dikator Chile era 1970-an), serta pemerintah Belarusia.

Piramida Sepakbola Inggris dalam Bahaya

Cara kerja perusahaan ini membuat teror palsu berbentuk berita dalam format video, yang kemudian dipakai untuk melacak orang-orang yang mengakses mereka.

Sang pemilik perusahaan, Lord Timothy Bell, diketahui sampai harus berkantor di Camp Victory milik AS di Ibukota Irak, Baghdad, di mana ia dan timnya bekerjasama dengan para perwira tinggi militer AS.

Bell, yang juga mantan tim sukses Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher, mengonfirmasi kepada surat kabar The Sunday Times bahwa "pekerjaannya bersifat rahasia" dan timnya harus melapor Pentagon, CIA dan Dewan Keamanan Nasional (NSA).

Tentara wanita Amerika Serikat

Seorang prajurit wanita AS sedang berjaga-jaga di Irak (Reuters.com).

"Ini adalah operasi militer rahasia, dan ditutupi oleh berbagai dokumen rahasia. Kami sangat bangga (terlibat) dalam hal itu. Kami banyak melakukan 'sesuatu' untuk membantu mengatasi situasi. Tidak hanya itu. Ketika muncul kekacauan, kami tidak berhenti (membuat propaganda). Karena ini memang bagian dari mesin propaganda Amerika," kata Bell.

Pentagon dilaporkan telah mengonfirmasi kontrak Bell Pottinger untuk bekerja di Irak di bawah Operasi Satuan Tugas Informasi (IOTF).

Perusahaan ini diharapkan bisa menghasilkan bahan, beberapa di antaranya, secara terbuka bersumber kepada pasukan koalisi dan beberapa yang tidak.

Mereka juga bersikeras bahwa semua materi yang dikeluarkan oleh IOTF adalah "benar". Kontraknya dengan Pentagon berakhir pada 2011, namun Bell Pottinger memiliki koneksi dengan unit khusus yang beroperasi di Irak.

Pihak-pihak kunci yang bekerja di unit operasi psikologis menyangkal keterlibatan apapun dengan perangkat lunak pelacakan yang dijalankan Bell Pottinger.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya