Muslim AS Mulai Cemas Hadapi Pemilu

Seorang wanita Muslim di Amerika Serikat.
Sumber :
  • REUTERS/Stephanie Keith/File Photo

VIVA.co.id – Pemilihan presiden AS yang tinggal menghitung jam membuat banyak warga khususnya Muslim Amerika, mengantisipasi kemungkinan terburuk jika Trump terpilih sebagai presiden. Rasa cemas mereka muncul karena retorika Trump yang sering menunjukkan sentimen anti-Muslim.

AS Waspadai Serangan Teroris dari Orang-orang Kecewa Hasil Pilpres

Diberitakan oleh Al Jazeera, Senin, 7 November 2016, dipicu oleh retorika Trump yang belakangan memanas, banyak informasi beredar, sebagian anggota milisi lokal dari seluruh AS mengatakan, mereka  berencana membawa senjata api ke TPS, untuk mencegah dugaan "kecurangan" pemenangan Hillary Clinton.

Di Newton County, 85 km selatan dari Atlanta, kekhawatiran ini seperti mendapat pembenaran. Bulan Agustus lalu, komunitas Muslim-Amerika  di daerah Atlanta membeli sebuah lahan yang akan digunakan sebagai pemakaman masyarakat. Mereka tidak mengira bahwa rencana sepele tersebut memicu penolakan besar dari pejabat lokal dan kelompok nasionalis bersenjata di wilayah tersebut.

Catatan SBY soal Drama Politik AS yang Bisa Dipetik Pecinta Demokrasi

Ketegangan berawal saat ulama Masjid Al-Islami  meminta persetujuan dari dewan kota Newton County untuk membangun kuburan, rumah duka, masjid, dan area rekreasi di tanah tersebut. Namun ketika wacana itu tersebar, warga setempat dan beberapa komisaris protes. Mereka ketakutan, properti tersebut akan digunakan sebagai tempat pelatihan bagi teroris ISIS atau kegiatan agama lainnya.

Edward Ahmed Mitchell, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR), menilai bahwa Islam dan Muslim Amerika adalah sama dengan warga negara lain dan harus diperlakukan sama.

Partisipasi Masyarakat di Pilkada 2020 Lebih Tinggi dari Pilpres AS

Mitchell mengatakan, berbagai kalimat yang disampaikan selama kampanye Pilpres 2016  telah menyebabkan terjadinya peningkatkan sentimen anti-Muslim, di mana kandidat seperti Trump dan Ben Carson seringkali membuat pernyataan fanatik mengenai rasa tak suka mereka pada Islam dan Muslim.

"Retorika anti-Muslim oleh politisi tertentu mendorong kefanatikan nasional melalui internet dan media sosial dan sangat berpengaruh secara luas," ujarnya.

Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg.

Pilpres Bikin Facebook Alergi Politik

Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, sedang memikirkan cara baru membuat konten politik kurang terlihat di platformnya.

img_title
VIVA.co.id
29 Januari 2021