Nyaris 100 Tahun Perempuan AS Menanti Presiden Perempuan

Warga AS memenuhi bilik suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
Sumber :
  • Reuters/Mario Anzuoni

VIVA.co.id – Pemilihan Presiden baru tahun 2016 ini bagi sebagian perempuan Amerika Serikat seperti menghapus dahaga. Sudah 96 tahun mereka menunggu kehadiran seorang presiden perempuan.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Sebagian di antara perempuan yang mengalami diskriminasi pada masa-masa awal pemilu Amerika mengungkapkan kebahagiaannya atas kehadiran Hillary Clinton sebagai salah satu kandidat calon Presiden AS.

Estelle Schultz, seorang perempuan yang telah berusia 98 tahun mengaku betapa pedihnya melalui pemilu tanpa memiliki hak untuk ikut memilih. Pada masa Perang Dunia Kedua, Estella bekerja di pabrik dan menjadi guru. Ia mengaku pernah diajak ibunya ke tempat pemungutan suara hanya untuk melihat kertas suara.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Bulan Oktober lalu, ia mulai memberikan suaranya. "Saya ingin hidup lebih lama agar bisa melihat presiden perempuan pertama kami," ujarnya seperti dikutip dari BBC, 9 November 2016. Kegigihan Estelle membuat Sarah, cucunya, mengunggah situasi sang nenek yang kini mengalami sakit jantung serius dan dalam perawatan di rumah sakit, ke media sosial. Ribuan orang bersimpati pada Estelle. Mereka memuji Estelle.

Estelle tak sendirian. Situs "Saya Telah Menunggu Selama 96 Tahun" terbentuk. Laman itu lalu penuh dengan komentar pendukung Hillary Clinton. Seorang perempuan berusia 103 tahun, Juliet Bernstein, juga mengungkapkan kebahagiaannya.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

"Saya masih ingat saat menemani ibu saya ke tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum pertama, di mana perempuan memiliki hak untuk memilih," ujar Bernstein.

Ia mengingat masa itu sebagai hal yang menyenangkan. Ia tak bisa mengingat tahun. Namun ia ingat, itu adalah masa di mana amandemen Konstitusi AS ke-19 lolos.

Sementara Beatrice Lumpkin dari Chicago mengingat masa itu sebagai masa kebebasan bagi perempuan.

"Ibu saya adalah perempuan pertama yang memotong pendek rambutnya dan mengenakan rok pendek setelah sebelumnya selalu mengenakan rok panjang yang menyapu tanah," ujarnya.

"Saat dewasa saya mengerti, betapa bangga rasanya mempelajari keberanian hak pilih untuk memenangkan hak perempuan untuk memilih," katanya.

Cerita agak sedih datang dari Angela Estella Garavelli Astor. Angela sempat mengikuti pemilihan awal. Usai memilih Angela menulis, "Jika saya memiliki kesempatan untuk memilih sekali lagi, saya ingin pemimpin yang saya pilih adalah seorang perempuan.”

Namun pada 21 Oktober ia meninggal dunia. Ia pergi tanpa sempat melihat hasil pemilihan dari suara yang ia berikan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya