Nekat Jual Keperawanan Rp388 Juta Demi Obati Kakak

Ilustrasi perempuan.
Sumber :
  • Pixabay/StockSnap

VIVA.co.id – Kisah pilu dialami seorang gadis remaja di China. Demi membiayai pengobatan kakaknya yang terbaring sakit, gadis berusia 19 tahun ini berjalan di Stasiun Kereta Hangzhou sembari 'menawarkan' keperawanannya yang dihargai sebesar 200 ribu yuan (setara Rp388 juta).

Seandainya Militer China Perang Udara Lawan India, Siapa yang Menang?

Menurut situs Shanghaiist, Rabu, 16 November 2016, gadis bermarga Xu asal Provinsi Yunnan ini membawa papan besar yang menjelaskan bahwa ia memerlukan dana untuk pengobatan kakaknya yang terserang leukimia (kanker darah).

Ia pun mengatakan memiliki sertifikat dari rumah sakit untuk membuktikan keperawanannya. Dalam papan tersebut tertulis bahwa sang kakak yang berusia 23 tahun didiagnosa kanker darah sekitar tiga tahun yang lalu.

Dituding Berpihak, Luhut Beberkan Pengaruh China Bagi Ekonomi RI

Sebenarnya, sumsum tulang belakang Xu cocok dengan kakaknya. Namun, ia mengalami reaksi negatif terhadap transplantasi sumsum tulang.

Saat ini, ia sangat membutuhkan biaya pengobatan sedangkan keluarganya telah kehabisan uang. Gadis itu pun sontak menarik perhatian seluruh penumpang kereta.

WHO Enggan Terapkan Larangan Perjalanan untuk China

Pihak keamanan yang mengetahui keberadaan Xu membawanya ke kantor polisi. Wartawan pun mencoba mengecek keberadaan kakaknya di rumah sakit.

Benar saja, kakak Xu yang terbaring lemah tampak kurus dan tubuhnya ditutupi bintik hitam. Dokter mengatakan tubuhnya sangat lemah, ia tak lagi bisa meneteskan air mata bahkan penyakit lainnya pun telah menyerang tubuh lelaki tersebut.

Mengetahui tindakan nekat adiknya, ia mengatakan sangat merasa bersalah harus membebani keluarga. Ia pun ingin segera kembali ke rumah sehingga adiknya bisa belajar.

Petugas menjelaskan kepada gadis tersebut meskipun niatnya baik, tetapi apa yang dilakukan adalah tindakan yang salah.

Di China, banyak anggota keluarga menghadapi situasi yang sama. Tanpa cukup uang untuk membiayai kebutuhan medis yang tinggi mereka terpaksa menjual bunga dan benda lainnya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya