- Boeing.com
VIVA.co.id – Hari ini, 72 tahun yang lalu, kota Tokyo dihujani bom. Ratusan bom tersebut dibawa oleh 111 pesawat B-29 Superfortress. Sasaran mereka adalah pabrik mesin pesawat Nakajima.
Dikutip dari History.com, sebelum serangan besar dilakukan, aksi dimulai dengan proses pengintaian yang dilakukan di atas langit Tokyo. Pengintaian dilakukan oleh Tokyo Rose, sebuah pesawat pembom B-29 Superfortress yang dipiloti oleh Kapten Ralp D. Steakley. Tokyo Rose berhasil merekam lebih dari 700 gambar sasaran dalam 35 menit.
Berikutnya, pada pekan pertama November 1944, sebuah B-29 melakukan serangan pertama mereka dengan menjatuhkan ribuan ton bahan peledak dengan daya tinggi di Iwo Jima. Bom tersebut dijatuhkan dengan perintah untuk tetap menjaga pejuang Jepang tetap tertahan di Iwo Jima, dan tak mampu melakukan serangan balik. Lalu berikutnya adalah menyerang Tokyo.
Serangan ke Tokyo kemudian dilakukan oleh 111 pesawat pengebom bermesin empat, B-29 Superfortress. Serangan ini dipimpin oleh Jenderal Emmett "Rossie" O'Donnell. Ia mengemudikan Dauntless Dotty. Seorang wartawan Amerika merekam gambar saat ratusan pesawat itu mulai lepas landas untuk melakukan serangan massal tersebut.
Sayangnya, meski dilengkapi radar, namun langit yang mendung dan cuaca yang buruk terbukti mampu mengganggu pesawat tersebut saat mereka berada dalam ketinggian 30.000 kaki. Meskipun ratusan bom dijatuhkan, namun hanya sekitar 50 bom yang mampu jatuh di sasaran utama, yaitu pabrik mesin pesawat Nakajima. Dan hanya sedikit kerusakan yang terjadi di Nakajima akibat bom tersebut. Sisi lainnya, dalam keadaan terbang tinggi, pesawat B-29 terlindung dari serangan balik. Dari ratusan pesawat, hanya satu yang tertembak jatuh.
(mus)
Teknologi Uang Kripto Sudah Dipakai Sejak Perang Dunia II
Uang kripto menggunakan kriptografi sebagai jaminan, yang mana teknologi ini sudah dipakai Jerman pada zaman Perang Dunia II untuk mengirimkan kode rahasia.
