Tiongkok Rampas Drone Bawah Air AS di Laut China Selatan

Drone milik AS.
Sumber :
  • www.globalexchange.org

VIVA.co.id – Kapal perang China merampas sebuah drone bawah air yang digunakan oleh kapal oseanografi Amerika, USNS Bowditch, di Laut China Selatan. Tindakan ini memicu protes keras AS terhadap China, yang belakangan ini secara diplomatik memang tengah memanas.

Ngeri, Viral Video Israel Rudal 4 Pemuda Palestina Tak Bersenjata

Drone tersebut diambil dari bawah air Kamis lalu,  sekitar 50 mil barat laut dari Subic Bay off Filipina, saat USNS Bowdicth hendak mengambil drone tersebut.  Penyitaan ini merupakan yang pertama dilakukan. 

"Drone tersebut beroperasi secara legal dan tengah melakukan survei di Laut China Selatan. Kapal kami memiliki kekebalan berdaulat dan sah milik Amerika Serikat," kata seorang pejabat AS yang tak disebutkan namanya, dikutip Reuters, Sabtu, 17 Desember 2016.

UK Government Wants Flying Taxi to Launch in 2026

Dalam keterangan persnya, pihak Pentagon mengonfirmasi insiden tersebut dan menanggapi secara serius perihal perampasan China terhadap aset milik Amerika. Juru Bicara Pentagon, Jeff Davis meminta secara tegas agar drone tersebut segera dikembalikan dan tidak ingin hal ini terulang kembali.

Sementara itu Senator Komite Hubungan Luar Negeri AS Ben Cardin mengatakan, perampasan tersebut sebagai pelanggaran yang menentang hukum internasional.

Pemerintah Ingin Taksi Terbang Meluncur dalam 2 Tahun

Secara terpisah Sekretaris Angkatan Laut AS Ray Mabus pun menyebutkan bahwa perkembangan yang terjadi di China memaksa Angkatan Laut untuk memperluas armadanya menjadi 355 kapal, termasuk 12 operator, 34 kapal amfibi dan 66 kapal selam. 

Perampasan ini akan menambah kekhawatiran tentang peningkatan kehadiran militer China dan sikap agresif di Laut China Selatan yang disengketakan, termasuk militerisasi atas pos-pos maritim.

Seperti diketahui, drone tersebut merupakan suatu aset milik Amerika yang digunakan untuk mengumpulkan data oseanografi termasuk kadar garam, suhu dan kejernihan air. Data ini nantinya dapat membantu menginformasikan AS terkait keadaan di perairan.

Atas kejadian ini, Amerika Serikat telah mengeluarkan protes formal melalui saluran diplomatik, termasuk permintaan agar China segera mengembalikan pesawat tak berawak tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya