- REUTERS/SANA
VIVA.co.id – Tim penyelidik internasional untuk pertama kalinya menemukan fakta bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad dan saudaranya, bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah.
Diberitakan Reuters, Sabtu, 14 Januari 2017, sebuah penyelidikan bersama yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) sebelumnya telah menyebutkan pihak
militer, namun enggan menyebutkan nama komandan atau pejabat yang terkait.
Daftar nama pihak-pihak yang diduga terkait dengan serangkaian serangan bom kimia pada 2014-2015 telah dikeluarkan, termasuk di antaranya Assad, adiknya Maher dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Sebuah sumber dalam penyelidikan mengatakan, mereka diduga memutuskan penggunaan senjata beracun dalam konflik.
Terkait hal ini, Presiden Assad belum memberikan komentar. Namun, seorang pejabat pemerintah Suriah mengatakan tuduhan bahwa pasukan pemerintah telah menggunakan senjata kimia adalah tidak berdasar.
Pemerintah berulang kali membantah menggunakan senjata kimia selama perang sipil yang telah berlangsung selama enam tahun terakhir. Pemerintah menuduh kelompok radikal ISIS yang bertanggung jawab atas
senjata kimia.
Daftar yang bersifat rahasia ini didasarkan pada kombinasi dari bukti yang dikumpulkan oleh tim PBB-OPCW di Suriah dan informasi dari badan-badan intelijen Barat dan regional. Meski demikian, pihak tersebut enggan menyebutkan identitas lantaran isu yang sangat sensitif.
Penyelidikan PBB dan OPCW yang dikenal sebagai Mekanisme Investigasi Gabungan (JIM) ini dipimpin oleh tiga ahli independen, didukung tim staf teknis dan administrasi. Penyelidikan ini diamanatkan oleh Dewan
Keamanan PBB, untuk mengidentifikasi individu atau organisasi yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia di Suriah.
Penggunaan senjata kimia dilarang di bawah hukum internasional dan dikategorikan sebagai kejahatan perang.
