China 'Sentil' AS soal Proteksi Ekonomi

Presiden China Xi Jinping.
Sumber :
  • Reuter/Jason Lee

VIVA.co.id – China secara tegas menolak kebijakan Amerika Serikat yang menerapkan kebijakan proteksi ekonomi di bawah Presiden Donald John Trump. Pengusaha asal New York itu berjanji akan menekan China lebih agresif agar mau menegosiasi ulang perjanjian perdagangan.

Presiden China Xi Jinping Sampaikan Duka Atas Bencana di NTT

Presiden China Xi Jinping, mengatakan, proteksionisme sama saja dengan 'mengunci diri di ruang gelap dan menutup semua cahaya dan udara yang masuk'.

"Tidak ada yang akan muncul sebagai pemenang dalam perang dagang," kata Xi, di Forum World Economic Forum, Davos, Swiss, seperti dikutip situs Reuters, Rabu, 18 Januari 2017.

Hakim Tolak Gugatan Trump di Georgia dan Michigan

Tak hanya itu, Xi juga menampik tudingan AS bahwa China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, di mana Beijing enggan mendevaluasi ke mata uang Yuan dengan alasan memudahkan ekspor.

'Sentilan' Xi ini di mata delegasi AS di bawah Wakil Presiden Joe Biden sebagai pertanda perang ekonomi. Mantan Perdana Menteri Swedia, Carl Bildt, bereaksi terhadap pidato Xi di akun Twitter pribadinya.

Paras Cantik Keponakan Osama bin Laden yang Beri Dukungan Donald Trump

"Ada ruang hampa ketika datang ke pertemuan para pemimpin ekonomi global. Xi Jinping tampil mempesona yang tujuannya mengisi ruang hampa itu dengan beberapa keberhasilan," ungkapnya.

Sementara, Ian Bremmer, Presiden Konsultan Risiko politik Grup Eurasia, menimpalinya dalam akun Twitter-nya. "Reaksi Davos terhadap Pidato Xi: Sukses memukau semua hadirin dan jauhnya dari pidato resmi China sebelumnya," demikian cuitan Bremmer.

Penampilan berbeda Xi kali ini seperti menjawab tantangan Trump sekaligus meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington. Taipan properti itu sebelumnya 'melanggar' kesepakatan yang berani menghubungi langsung melalui panggilan telepon Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen.

Selain itu, Trump berkata bahwa Kebijakan Satu China yang digaungkan Beijing selama puluhan tahun bisa dinegosiasikan. Inilah yang membuat China naik pitam dan mengatakan Beijing terpaksa 'melepas sarung tangan' apabila Trump keukeh tidak mengubah pernyataannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya