China Segera Luncurkan Wikipedia Tandingan

Ilustrasi Wikipedia
Sumber :
  • wikipedia.org

VIVA.co.id – Pemerintah China berencana meluncurkan ensiklopedia online versi mereka sendiri. Ensiklopedia versi China ini diharapkan bisa menjadi informasi alternatif untuk pengguna internet di China.

'Nyawa' Wikipedia Terancam

Pemerintah khawatir, pikiran netizen di China bisa terpengaruh oleh pengaruh asing. Itu sebabnya mereka berharap bisa membangun "Tembok Raksasa Budaya," untuk menyaingi Wikipedia yang sudah lebih dulu ada.

Menurut Editor Eksekutif proyek tersebut Yang Muzhi, China saat ini berada di bawah tekanan untuk menulis sendiri ensiklopedianya agar bisa menjadi arah bagi pemikiran warganya. Melalui artikelnya yang dimuat bulan lalu di Akademi Ilmu Pengetahuan China, Yang Muzhi mengatakan, Wikipedia yang saat ini bisa diakses di China dan Ensiklopedi Britannica Inggris sebagai saingan utama. "Proyek ini bertujuaan untuk melampaui mereka," ujarnya seperti diberitakan oleh Channel News Asia, 3 Mei 2017.

Elon Musk Rela Bayar Wikipedia Rp15 Triliun Jika Mau Ubah Nama Mereka Jadi Nama Tak Senonoh Ini

Proyek ini akan berada di bawah arahan China Publishing Group. "Isinya harus memiliki karakteristik China. Dan itu akan menjadi simbol pembangunan budaya dan teknologi negara ini," katanya menambahkan.

Proyek ini juga diharapkan bisa meningkatkan kekuatan lunak dan berpengaruh di dunia internasional," tuturnya.

Arab Saudi Penjarakan 2 Admin Wikipedia, Salah Satunya Dihukum 32 Tahun

Berbeda dengan Wikipedia, dan laman sejenis versi China Baidu Baike, yang ditulis oleh para relawan dan terus menerus mengalami revisi, proyek baru yang sudah disetujui sejak 2011 itu akan ditulis oleh para profesional.

Sejauh ini mereka sudah merekrut 20.000 ilmuwan dan akademisi untuk mengkompilasi proyek tersebut. Mereka berharap pada tahun 2018 saat proyek itu diluncurkan, sudah lebih dari 300.000 entri yang bisa diakses.

China memiliki lebih dari 700 juta pengguna internet namun sebuah laporan tahun 2015 yang dirilis  oleh kelompok peneliti AS Freedom House menemukan bahwa negara tersebut memiliki kebijakan penggunaan online paling ketat dari 65 negara yang diteliti. Posisinya berada di bawah Iran dan Suriah.

China memiliki swasensor, yang dikenal dengan nama The Great Firewall, yang digunakan untuk melindungi keamanan nasional. Situs yang diblokir karena isinya dan sensitivitas, di antaranya adalah Facebook dan Twitter, tak dapat diakses tanpa memiliki software khusus yang membuat penggunanya bisa mengakses setelah melalui sensor yang ketat.

Belum lama ini Beijing kembali mengumumkan pembatasan baru dalam kebebasan dunia maya. Pembatasan ini meminta pengguna internet di China akan memberikan nama asli saat mengakses sumber-sumber online. Aturan baru tersebut akan diberlakukan pada 1 Juni mendatang. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya