Pose Telanjang Model Playboy Bikin Marah Suku Maori

Gunung Taranaki, Selandia Baru. Tempat model Playboy berpose telanjang di puncaknya.
Sumber :
  • BBC

VIVA.co.id – Seorang model majalah Playboy memotret dirinya tanpa busana di puncak gunung Taranaki, Selandia Baru. Aksinya memicu kemarahan warga Suku Maori. Bagi mereka, puncak gunung Taranaki adalah tempat suci.

Topless! Ini Bangsawan Dunia Pertama yang Berani Pose Telanjang Dada di Majalah Playboy

Bagi sebagian besar orang, memotret aktivitas mereka lalu mengunggahnya ke Facebook dan Instagram adalah hal yang keren. Apalagi jika memotret diri di puncak gunung, dengan pandangan ke awan, pasti akan terasa sebagai pose yang sempurna.

Tapi, bagi seorang model Playboy dengan pengikut mencapai 300.000 akun, pose saja tak cukup. Jaylene Cook memutuskan untuk berpose telanjang di puncak gunung.

Tolak Majalah Playboy Demi Piala Dunia Wanita, tapi Malah Gagal

Pose Cook mendapat pujian dari netizen. Sekitar 10.000 orang memberikan gambar jempolnya pada akun media sosial Cook. Tapi tidak demikian bagi warga suku Maori. Warga yang merupakan penduduk asli di sana menganggap puncak gunung Taranaki adalah tempat suci buat mereka.

"Ini seperti ada seseorang yang datang ke St Peter Basilica di Vatikan, lalu mengambil foto telanjang di sana," ujar Dennis Ngawhare, juru bicara suku Maori kepada BBC, 3 Mei 2017. "Itu adalah tempat suci, dan apa yang ia lakukan sangat tidak tepat," Ngawhare menambahkan.

Sebelum Menteri Prancis, Ini 10 Sosok yang Kontroversi jadi Cover Majalah Playboy

Sementara Cook mengatakan, foto itu menjadi koleksi pribadinya. Karena bukan dilakukan saat pemotretan. Tapi foto itu diambil saat ia naik gunung setinggi 2.518 meter itu bersama pacarnya. Sejak diunggah ke Instagram, sudah lebih dari 10.000 orang memberikan jempolnya.

"Orang-orang boleh saja mengatakan, itu hanya batu dan tanah, jadi bagaimana anda bisa tidak menghiraukannya?" ujar Ngawhare.

Bagi suku Maori, suku tradisional di Selandia Baru, tempat itu adalah tempat pemakaman nenek moyang dan tempat leluhur mereka tinggal. Secara tradisional, mereka tak pernah memanjat gunung tersebut hingga puncak karena menjaga kesuciannya. Puncak gunung itu didatangi hanya jika akan mengadakan upacara. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya