Kesaksian Wanita Cantik yang Digorok Teroris London

Candice Hedge
Sumber :
  • Twitter Candice Hedge

VIVA.co.id – Sepekan sudah serangan teroris ke London Bridge, Kota London, Inggris, berlalu. Tapi, Candice Hedge belum bisa melupakan detik-detik kekejaman para teroris yang menggorok lehernya dan membunuh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sejarah, Penerbangan Nonstop Perdana Australia-Inggris

Dalam wawancara dengan Channel Seven seperti dilansir Dailymail, Minggu 11 Juni 2017. Wanita berparas cantik berusia 31 tahun asal Brisbane, Australia itu, menceritakan pengalaman yang menurutnya sangat menakutkan itu.

Hedge mengatakan, saat penyerangan terjadi pada Sabtu malam, 3 Juni 2017, dia bersama kekasihnya bernama Luke, sedang bekerja di Restoran Elliot.

Biker Stephen Langitan 'Dilepas' Solo Rider Jakarta-London

Tiga teroris datang setelah menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki. Mereka masuk ke dalam Restoran Elliot sambil meneriakan yel-yel keagamaan. Di dalam restoran itu, ketiga teroris menyerang orang-orang yang ada di sana dengan pisau secara brutal.

Satu persatu orang yang diserang bertumbangan bersimbah darah dan meninggal dunia. Sampai akhirnya salah seorang teroris berhadapan langsung dengan Hedge. "Dia menatapku dan aku menatapnya, itu benar-benar terjadi begitu cepat," kata Hedge.

Indahnya Masjid London Central, Saksi Sejarah Islam Inggris

Menurut Hedge, teroris itu tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya dan menggorok lehernya dengan pisau. "Itu cepat sekali dan itu dia. Saya muntah darah. Saya bisa merasakan jumlah darah dan terasa hangat di tangan saya," katanya.

Dalam kondisi leher terluka, Hedge menceritakan, dia sempat putus asa bisa selamat dari luka yang terus mengeluarkan darah di lehernya. "Saya sedang berpikir sejenak bahwa mungkin aku tidak akan berhasil. Tapi itu seperti. Fokus pada pernapasan Anda dan tetap terjaga. Itu semacam apa yang ada di kepala saya," ujarnya.

Beruntung polisi setempat berhasil menembak mati ketiga teroris dan Hedge mulai berjalan ke luar restoran untuk mencari pertolongan. Sayangnya, ketika itu lokasi teror sedang disterilkan dan ambulans berada di tempat yang cukup jauh dari lokasi.

Dengan berbekal sehelai kain, Hedge berusaha tetap hidup, sambil terus berjalan, kain itu dipegang erat menutupi luka di lehernya. "Saya tidak ingin mati, saya ingin melewati ini. Dan aku juga ingin keluar dari sana. Saya ingin aman, " katanya.

Saat ini kondisi Hudge sudah membaik, luka gorokan pisau di lehernya sudah pulih setelah menjalani perawatan medis. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya