WNI Gabung ISIS Mengaku Tertipu

Logo kelompok militan ISIS.
Sumber :
  • Reuters/Alaa Al-Marjani

VIVA.co.id – Nur, warga negara Indonesia (WNI) berusia 19 tahun yang memutuskan untuk meninggalkan Indonesia nyaris dua tahun lalu mengaku tertipu. Ia mengatakan, apa yang terjadi di Suriah sangat berbeda dengan yang di internet.

Pemimpin Baru ISIS 'Sang Penghancur', Terkenal karena Kebrutalannya

Ia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan bergabung dengan ISIS di Suriah. Ia berangkat ke Raqqa bersama ayah dan saudara laki-lakinya. Tapi setelah hampir dua tahun, Nur dan 15 WNI lainnya memutuskan meninggalkan Raqqa.

"Semua bohong. Ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet," ujar Nur, seperti dikutip dari BBC, Jumat 16 Juni 2017.

WNI Eks ISIS Terdata 1.267 Orang, Cuma 297 yang Punya Paspor RI

"Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara," ungkap perempuan berkacamata itu.

Nur, bercerita, mereka mengira akan mendapat pekerjaan tetap. Tapi ternyata dugaan itu salah. Ayah dan saudara laki-lakinya diminta menjadi milisi, dan menolak. Itu sebabnya mereka dipenjara.

Al Salbi 'The Destroyer' Pemimpin ISIS yang Baru, Kejam dan Brutal

Nur juga tertekan karena terus dikejar milisi ISIS untuk dijadikan istri. Bukan hanya pada ayahnya, milisi ISIS juga menanyakan Nur pada saudara laki-lakinya.

"Mereka hanya menikah dua bulan, atau dua pekan saja. Banyak laki-laki yang datang ke rumah dan mengatakan pada ayah saya, mereka menginginkan saya," tutur Nur. "Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan," ia menegaskan.

Lain pula cerita Leefa. Perempuan berusia 38 tahun itu memutuskan untuk meninggalkan Indonesia guna bergabung dengan ISIS, karena berharap bisa menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah naungan Daulah Islamiyah.

"Saya juga punya masalah kesehatan dan ingin operasi leher. Di Indonesia biayanya sangat mahal. Tapi di ISIS semuanya gratis," ujarnya. "Jadi saya bergabung dengan harapan bisa menjadi Muslim sejati dan juga demi kesehatan saya," katanya. Leefa lalu berangkat ke Raqqa. Tapi seperti Nur, di sana ia malah kecewa.

Leefa tak bisa menikmati kehidupan di Raqqa, dan lebih parah lagi, operasi itu tak gratis dan biayanya mahal. Bahkan ia tak bisa menjalani operasi.

Sementara itu, kantor berita Kurdi di Suriah, ANHA, melaporkan sempat mendapati tiga keluarga Indonesia yang terdiri atas delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak yang menyerahkan diri. Mereka mengaku segera hijrah ke Suriah setelah kekhalifahan Islam diumumkan. Mereka masuk Raqqa melalui Turki.

Salah satunya bernama Nora Joko. Ia mengaku, setelah tiba di Raqqa, yang ia alami adalah rasa takut berkepanjangan dan apa yang ia saksikan tidak sesuai dengan ajaran Islam sebenarnya.

"Kami datang ke sini demi Islam, namun ketika kami berada di sini, yang kami saksikan adalah pemenggalan, penyiksaan, dan perampokan," kata Nora.

Ia mengaku sudah lama ingin membebaskan diri dari ISIS setelah harapannya ternyata tak sesuai kenyataan.

Menurut BBC, mengutip pemerintah Indonesia, saat ini masih ada sekitar 500 hingga 600 WNI di Suriah. Sekitar 500 lainnya berusaha masuk, namun mereka di deportasi sebelum berhasil masuk wilayah yang dikuasai ISIS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya