- REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
VIVA – Kelompok militan Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, Hamas, meminta agar warga Palestina tak lagi mematuhi imbauan damai dan berharap pada proses kesepakatan damai yang dilakukan selama ini.
Hamas meminta warga Palestina melawan Israel secara terbuka, menyusul pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Selain ajakan Hamas tersebut, warga Palestina juga melakukan protes besar-besaran di Tepi Barat dan Gaza pada Kamis 7 Desember 2017. Aksi tersebut sempat berujung ricuh antara Palestina dan aparat Israel. Sedikitnya ada 31 orang yang terluka, setelah senjata api maupun peluru hampa diletupkan.
"Mati kau Amerika, mati kau Trump," teriak para demonstran di Yerusalem sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu, Militer Israel menyatakan bahwa mereka sudah bersiap atas serangan. Satu unit pesawat dan tank telah sedia menargetkan lokasi Hamas berada, setelah tiga roket diluncurkan Hamas yang menyasar Israel.
Diketahui bahwa status Yerusalem dipertahankan sebagai status quo selama ini, mengingat wilayah tersebut adalah daerah situs suci bagi tiga agama samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Yerusalem selama ini memang menjadi poin yang sulit disepakati dalam upaya damai antara Israel dan Palestina.
"Kita terpanggil dan harus segera melakukan intifada (kebangkitan Palestina) di hadapan musuh zionis," kata pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dalam pidatonya di Gaza.