Harus Ada Cara Ekstrem Atasi Banjir Jakarta

VIVAnews - Bajir musiman yang terjadi di Jakarta sudah menjadi masalah besar yang sudah tidak mampu diatasi dengan model penanganan yang ada sekarang ini.

Pemerintah harus berani memilih cara yang lebih ekstrem agar Jakarta selamat dari bencana banjir besar yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa.

Menurut Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti, Nirwono Joga, terobosoan lain yang lebih inovatif adalah dengan tidak bergantung dari Banjir Kanal Timur yang hanya menanggulangi banjir sekitar 25 persen saja.

"Bebaskan lahan dalam ukuran yang sangat luas di Jakarta dan jadikan lahan sumur resapan. Tidak ada pilihan lain," ujarnya saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 17 November 2009.

Peraturan gubernur yang mewajibkan warganya untuk membuat sumur resapan air harus dijalankan dan harus ada pengawasan secara terus menerus.

Kantongi Surat Tugas Maju Pilgub, Bobby Nasution: Tak Perlu Daftar Lagi ke Golkar Sumut

Nirwono mencontohkan bahwa kota di Chicago dan Boston, berani mengahacurkan jalan tol untuk dijadikan taman kota.

Sementara itu, pengambilan air tanah secara besar-besaran adalah penyebab utama terjadinya penurunan tanah. Penyempitan lahan kosong di kawasan terbangun, membuat penyerapan air terhambat.

"Sebanyak 53 % warga Jakarta menggunakan air tanah, sisanya menggunakan air pam. Pengambilan air untuk apartemen, mal dan idustri adalah penyebab utamanya," ujarnya.

Akibat kurangnya lahan resapan, air hujan yang harusnya dapat terserap dalam beberapa menit, kini membutuhkan waktu berjam-jam untuk terserap.

Bea Cukai dan Bareskrim Polri Jalin Sinergi Gagalkan Peredaran Narkotika di Tangerang dan Aceh
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia / MKRI

MK Juga Surati KPU dan Bawaslu, Bakal Bacakan Dua Putusan

MK bakal membacakan putusan sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 pada 22 April 2024 mendatang.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024