Penumpang Kereta Jarak Jauh Juga Mengeluh
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Hari kedua ujicoba kereta lingkar kota (loopline) masih menuai keluhan dari para penumpang. Seperti pengguna KRL commuter line di Stasiun Jatinegara. Penumpang mengaku sistem yang baru ini justru menyulitkan penumpang.
Menurut salah satu penumpang dari Stasiun Tanah Abang tujuan stasiun Kranji, Ilham, 27, dirinya terpaksa menunggu kedatangan KRL hingga 25 menit.
"Biasanya langsung saja dari Tanah Abang, sekarang jadi rumit dan buang waktu karena rutenya dipecah-pecah," ujar Ilham di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat, 2 November 2011.
Deborah, 33, penumpang kereta jarak jauh tujuan Cirebon juga mengaku kecewa karena akibat pola baru ini dia harus menuju Stasiun Gambir terlebih dahulu untuk naik kereta jurusan Cirebon.
"Katanya sejak penerapan jadwal baru loopline, Stasiun Jatinegara memang sudah tidak dilewati kereta Cirebon Ekspress," ucap Deborah.
Ia mengaku bingung dengan sistem yang ada saat ini. "Sekarang sistemnya jadi ribet," kata wanita yang berprofesi sebagai guru ini.
Dalam pola baru ini, PT Kereta Api memberlakukan semua kereta api kelas ekonomi dan bisnis jarak jauh tidak berhenti di Stasiun Manggarai, Jatinegara, Bekasi, Karawang, dan Cikampek. Penumpang naik kereta dari stasiun pemberangkatan awal.
"Sebagian penumpang yang turun di Stasiun Jatinegara dari arah Bekasi maupun Pasar Senen harus menunggu kereta lanjutan untuk menuju sejumlah stasiun tujuan mereka di Kota atau Tanah Abang," kata salah satu petugas keamanan yang tidak mau disebutkan namanya.
Petuga itu juga mengatakan sempat terjadi aksi protes dari penumpang. Namun, hal tersebut telah diantisipasi oleh petugas. "Tadi pagi sempat ada penumpang komplain karena harus menunggu kereta datang sekitar 25 menit. Tapi, tidak ada kericuhan," ujar petugas tersebut
Dia mengungkapkan Jumat pagi tadi, Manager Keselamatan dan Kecelakaan PT Kereta Api juga sempat datang dan memantau uji coba rute baru ini.
BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen
Bank Indonesia (BI) mencatat, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2024 tumbuh lebih tinggi.
