Jejak Kejayaan Sungai Cisadane

Batavia tempo dulu
Sumber :
  • KITLV
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Kota Lama Tangerang memiliki banyak situs bersejarah terutama bangunan kuno yang tersebar di sepanjang tepian Sungai Cisadane, masa itu jalur transportasi utama melalui sungai. Di tepian sungai ini, terdapat beberapa situs yang masih bertahan. Situs ini merupakan peninggalan etnis peranakan Tionghoa yang sampai saat ini masih digunakan oleh keturunannya.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Sejarah Kota Tangerang berawal dari kelompok permukiman etnis Tionghoa.  Permukiman Pasar Lama merupakan satu dari empat situs, selain permukiman Keramat Pe Peh Cun, makam tanah gocap, dan tanah cepek dan rumah kapitan.
 
Masing-masing kawasan memiliki orientasi ke arah sungai (water front) lengkap dengan dermaganya. Dari keempat kawasan, hanya dermaga di Pasar Lama yang sudah tidak dapat dilihat lagi jejaknya.

Pasar Lama Tangerang bagi masyarakat setempat dikenal sebagai kawasan pecinan (kampung Cina) Tangerang. Kawasan ini terkenal sebagai pasar di pagi hingga sore hari, serta pusat makanan kaki lima di malam hari. Di sana terdapat klenteng Boen Tek Bio.
 
Untuk masuk ke klenteng Boen Tek Bio, kendaraan harus diparkir di tepi Jalan Ki Samaun, dan berjalan sejauh sekitar 100 meter ke dalam lingkungan pasar lama. Di halaman depan kelenteng terdapat lilin–lilin raksasa berdiri sebesar tubuh manusia di halaman depan.
 
Di sisi kiri dan kanan klenteng ini, terdapat ruang–ruang tempat berdoa dengan patung–patung dewa dewi. Terdapat patung Dewi Kwan Im. Juga patung Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi) di ruang utama klenteng, dengan patung Dewa Bie Lek Hud di bagian depan. Dewa Bi Lek Hud, atau Mi Le Fo dan dalam bahasa sanskerta disebut Maitreya yang berarti “Yang Maha Pengasih dan Penolong”, adalah salah satu dewa yang sangat dihormati.
 
“Umumnya orang memuja Bie Lek Hud untuk memperoleh kekayaan dan kebahagiaan,” ujar Thio, salah satu pengurus klenteng.
 
Di langit-langit klenteng terdapat ukiran kayu dan tulisan berhuruf Cina. Kayu-kayu pada langit-langit klenteng diperkirakan dibuat pada awal tahun 1800. Sebuah hiasan gantung bergambar naga yang indah, yang juga banyak ditemukan di klenteng lain, serta ornamen kayu yang menghias dinding klenteng. Serta terdapat pula sebuah lonceng tua di halaman klenteng yang konon berasal dari negeri Cina dan dibuat tahun 1835.

Klenteng di Pasar Lama merupakan tempat ibadah umat Kong Hu Cu, Budha, dan Tao yang tertua di Tangerang. Vihara paling tua di wilayah Tangerang, Provinsi Banten, bernama Boen Tek Bio di jalan Ki Samaun. Vihara Boen Tek Bio dibangun pada tahun 1684.
 
Bangunannya juga diketahui merupakan yang tertua di Tangerang yang membuktikan bahwa orang-orang Tionghoa telah berdiam di wilayah tersebut selama lebih dari tiga abad silam.  Klenteng di Pasar Lama merupakan tempat ibadah umat Kong Hu Cu, Budha, dan Tao.
 
“Boen berarti sastra, Tek artinya kebajikan dan Bio artinya kelenteng atau kebajikan setinggi gunung dan sedalam lautan,” katanya.
 
Di kompleks klenteng ini juga berdiri vihara Padumutara. Klenteng Boen Tek Bio ni mempunyai tradisi selama ratusan tahun, yaitu ritual gotong Toapekong, patung –patung dewa dan perayaan Pe’cun.
 
Upacara besar yang banyak dikunjungi orang di Klenteng Boen Tek Bio adalah Upacara Gotong Toapekong yang diarak mengelilingi daerah Pasar Lama dan dihadiri oleh perwakilan dari seluruh klenteng di Indonesia.
 
Setiap 12 tahun sekali yaitu saat tahun Naga menurut kalendar Tionghoa, didalam Kota Tangerang berlangsung arak-arakan joli Ka Lam Ya, Kwan Tek Kun dan terakhir Joli Ema Kwan Im. Pesta tahun Naga ini dimeriahkan oleh pertunjukan Barongsai dan Wayang Potehi yang berhasil menyedot ribuan pengunjung. upacara berikutnya akan berlangsung pada tahun 2012. (one)

![vivamore="
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya