Sumber :
- Twitter.com/TMCPoldaMetro
VIVA.co.id
- Kecelakaan maut antara Metromini B80 dengan KRL
Commuterline
yang menewaskan 18 penumpang, merupakan efek domino dari pengelolaan transportasi umum yang tak becus di Jakarta.
Disampaikan ahli berkendara atau
Baca Juga :
Ahok Gulirkan Penghapusan Metromini dari Jakarta
Disampaikan ahli berkendara atau
safety riding
, Jusri Pulubuhu, perilaku sopir yang secara nekat menerobos palang pintu perlintasan kereta pasti ada latar belakangnya.
"Banyak faktor, mulai dari sistem setoran di metromini yang membuat sopir cenderung sembrono saat mengemudi, tidak mengindahkan segala aturan dan etika mengemudi yang sebenarnya diketahui," kata Jusri, Senin, 7 Desember 2015.
Permasalahan lain terjadi karena Dinas Perhubungan DKI Jakarta tak pernah tegas memberikan sanksi kepada pengusaha yang tak mengelola dengan baik usaha transportasinya.
"Makanya, ini sebenarnya efek domino dari buruknya sistem transportasi umum di Jakarta," ujar Jusri.
Karena itu, sebaiknya setiap angkutan umum di Jakarta dikelola seperti Transjakarta. "Kalau Transjakarta sudah baik itu pengelolaannya," kata Jusri.
Sebelumnya, kecelakaan metromini terjadi di Perlintasan Angke, Jakarta Barat, Minggu 6 Desember 2015. Metromini B80 menerobos perlintasan kereta hingga akhirnya tertabrak KRL yang sedang melintas.
Dalam kecelakaan ini, pengemudi Metromini, Asmadi (35) tidak peduli dan tetap tancap gas menerobos palang perlintasan yang memang tidak tertutup semua.
Badan metromini tertabrak kereta dan terseret sejauh kurang lebih 200 meter. Akibatnya, 18 orang meninggal termasuk sopir dan kondektur. Selain itu, beberapa orang masih menjalani perawatan akibat luka-luka. (ase)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
safety riding