Ahok: Bu Mega Bilang, Ali Sadikin Lebih Kasar dari Saya

Megawati Soekarnoputri dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Ginanjar Mukti

VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak menganggapnya sebagai gubernur yang paling kasar dalam memimpin Jakarta.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Ahok, sapaan akrab Basuki mengatakan, Mega, ketua umum partai politik pemilik kursi dominan di DPRD DKI, menganggap Ali Sadikin adalah Gubernur yang memimpin Jakarta dengan cara yang lebih kasar.

"Bu Mega justru bilang, Pak Ali Sadikin lebih kasar daripada Ahok," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Selasa, 16 Agustus 2016.

Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam

Ahok mengatakan, Jakarta, menurutnya, memang bukan kota di Indonesia pada umumnya. Statusnya sebagai ibu kota negara menjadi pusat bagi warga negara dari banyak tempat hidup dan bekerja.

Ahok mengatakan Jakarta harus dipimpin dengan gaya kepemimpinan keras. Gaya kepemimpinan lembek atau banyak kompromi akan membuat pemerintah dipermainkan rakyatnya yang memiliki sikap jelek berupa licik.

Meski Negaranya Tengah Dilanda Aksi Terorisme, Rusia Tetap Kirim 29 Ton Bantuan ke Gaza

"(Memimpin) Jakarta emang mesti keras. Kalau kamu enggak tegas ya dimakan," ujar Ahok.

Ahok mencontohkan sejumlah oknum penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang menjual atau menyewakan unit yang mereka terima. Hal itu, selain mencurangi pemerintah, juga membuat tujuan pemerintah merelokasi mereka, supaya bisa melakukan normalisasi sungai, tak tercapai. Alih-alih menetap di rusun, mereka kembali menghuni bangunan liar di pinggir sungai.

Ahok mengatakan hal serupa terjadi saat Pemerintah Provinsi DKI memindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL) ke lokasi. Hal lain yang juga sempat terjadi adalah diselewengkannya anggaran gaji untuk Pegawai Harian Lepas (PHL) oleh oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menemukan celah untuk korupsi.

"Di sini kan banyak pemain sandiwara. Di Jakarta kan memang terlalu banyak (jenis) orang, jadi perlu ditegasin," ujar Ahok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya