Curahan Hati Korban Penggusuran Bukit Duri pada Ketua MPR

Zulkifli Hasan mengunjungi warga Bukit Duri.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anwar Sadat

VIVA.co.id – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, Zulkifli Hasan mendatangi kawasan Bukit Duri, di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Maret 2017. Zulkifli bertemu dengan Komunitas Ciliwung Merdeka dan sejumlah warga korban gusuran di berbagai tempat di Jakarta.

Jasad Pria Hanyut di Kali Ciliwung Buat Geger Bocah Lagi Main Burung

Zulkifli datang mengenakan pakaian kemeja putih, celana jeans biru, dan sepatu cokelat. Tiba di lokasi, Zulkifli sempat menyapa warga yang ada di sekitar lokasi. Ia juga sempat menengok pinggiran Sungai Ciliwung yang sudah dinormalisasi. Kemudian Ia berbincang dengan seorang warga.

Ia juga sempat bertanya-tanya soal aliran Sungai Ciliwung yang dinormalisasi tersebut. "Kantor saya di situ di Pasar Baru. (Aliran Sungai Ciliwung di sini) sudah berubah toh ya," kata Zulkifli sambil berdiri di tepi Sungai Ciliwung yang sudah terdapat tanggul karena dinormalisasi, Jumat sore, 10 Maret 2017.

Ketum PAN Zulhas Bantah Ketemu Jokowi Bahas Reshuffle Kabinet

Dia kemudian masuk ke tempat acara di rumah seorang warga bernama Maru. Di situ, sudah berkumpul sejumlah warga yang mengaku eks korban gusuran seperti dari Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Cawang, Jakarta Timur, termasuk Kalijodo, Jakarta Utara.

Pada kesempatan itu, Zulkifli melakukan dialog dengan warga soal masalah penggusuran. Ia mendengar berbagai keluhan dari sejumlah warga yang terkena gusuran di berbagai tempat di Jakarta. Salah satunya yaitu Nafsiah, warga Bukit Duri Pangkalan.

PAN Putuskan Setuju Pemilu 2024 Ditunda

Nafsiah mengatakan ia merupakan salah satu warga yang terkena gusuran. Di hadapan Zulkifli, Nafsiah bercerita kontrakannya yang punya tujuh pintu, habis terkena gusuran untuk proyek normalisasi Sungai Ciliwung tersebut.

Ia mengeluh, pemerintah tidak memberikan ganti rugi. Tawaran menempati rusun pun ditolaknya. Nafsiah tak mau direlokasi ke Rusun Rawa Bebek yang jauh. Selain itu, warga juga dibebankan biaya sewa.

"Kami di sini rugi, saya pribadi punya kontrakan tujuh habis begitu saja. Kalau pindah ke rusun, bayar listrik, air. Makanya saya enggak ambil karena bayar sewa dan juga anak saya jadi jauh," kata Nafsiah.

Nafsiah juga tak terima kalau warga setempat disebut sebagai warga yang bermukim liar. Menurutnya, warga membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Nafsiah mengatakan, akibat digusur, kini ia tinggal di kontrakan di sekitar Bukit Duri.

Selain itu ada juga Darmadiana, warga Kampung Akuarium, Jakarta Utara. Ia menyesalkan kebijakan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menggusur tempat tinggalnya. Warga hanya diberi kompensasi menempati Rusun Marunda atau Rawa Bebek.

Namun, jarak kedua rusun itu dianggap jauh bagi warga. Akibat jarak yang jauh, banyak warga yang menurutnya setelah penggusuran, kembali tinggal di atas lahan gusuran. Dengan kejadian yang dialaminya, ia berharap Zulkifli memperhatikan mereka.

"Saya minta tolong perhatian ke Bapak dan elite-elite politik," ujar Darmadiana.

Setelah berdialog dengan sejumlah warga, Zulkifli berjanji ke depan akan menjadi pendamping warga. Bahkan ia mau menemani warga ikut dalam persidangan.

"Kalau ada apa-apa saya boleh diajak, boleh saya mendampingi. Apa yang diperlukan saya siap mendampingi bapak ibu sekalian," ujar Zulkifli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya