Cara Kerja Satgas Anti-Hoax Bentukan Anies-Sandi

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan berfoto dengan Anies-Baswedan-Sandiaga Uno.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan cara kerja dari satuan tugas atau Satgas Anti-Hoax yang dibentuknya. Satgas, kata dia, akan memantau percakapan dan publikasi melalui media sosial.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Selain itu, Satgas Anti-Hoax ini juga akan dilengkapi dengan mesin pendeteksi untuk memastikan berita bohong yang berkaitan dengan cagub-cawagub DKI Jakarta nomor urut tiga.

"Terpantau sehingga begitu ada berita yang menyesatkan bisa langsung terklarifikasi dan key performance indicator atau KPI-nya, kami minta sih dalam hitungan menit sudah bisa mengidentifikasi," kata Sandiaga di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 27 Maret 2017.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Satgas tidak hanya melibatkan para relawan dan tim pemenangan Anies-Sandi. Namun juga melibatkan para kader partai seperti kader Partai Gerindra, PKS dan Perindo.

"Kita jangan anggap remeh terhadap bahaya hoax ini, dan kita harus ada di garda terdepan untuk memastikan efek jera untuk para pelaku penyebar hoax ini," ujarnya.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Pengusaha teras itu mengatakan, ada tiga rumus pendeteksi hoax. Tiga rumus itu merupakan hal yang selalu diterapkan terkait posting-an dan siaran mengenai Anies-Sandi di media sosial.

Pertama, harus memastikan apakah berita yang terpublikasi valid atau tidak seperti sumber dari berita-berita tersebut yang terpercaya, nyata dan riil.

"Itu tes pertama. Kalau enggak, misal sumbernya dari yang enggak jelas, maka gugur langsung. Jadi kita tahu ada media-media yang mainstream, media-media sosial, media yang sudah terpercaya. Itu adalah tes pertama," katanya.

Kedua, dipastikan berita-berita yang akan dibagikan atau di-posting bisa memberikan nilai positif dan memberikan optimisme kepada para pembacanya.

"Saya bilang bad news is bad. Kalau bad buat apa di-share, tapi kalau good news yang buat menginspirasi orang lain, kita share," ujarnya.

Terakhir, berita-berita yang disebarluaskan tidak menzalimi pihak-pihak tertentu.  

"Sekarang, internet maupun sosial media sudah menjadi pemecah-belah. Saya sama Mas Anies committed bahwa politik kita, demokrasi kita ke depan adalah demokrasi yang sejuk, demokrasi yang justru mempersatukan bukan memecah-belah," ujar Sandi. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya