Kekurangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Versi LBH Jakarta

Pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta melakukan penelusuran rekam jejak kandidat pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. 

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Penelusuran dilakukan melalui studi pustaka. Beberapa catatan kritis pun diberikan terhadap program kerja kedua pasangan.

Untuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Kepala Bidang Perkotaan dan Masyarakat Urban LBH Jakarta, Nelson Nikodemus Simamora, menilai pasangan petahana itu cukup baik dalam isu-isu keberagaman. 

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Ahok disebut melindungi keberagaman di Jakarta, di mana saat itu mengizinkan jemaah Ahmadiyah di Jakarta Selatan beribadah, meski bangunannya disegel.

Di samping itu, Ahok-Djarot juga disebut berkomitmen mendorong pemerintahan yang bebas korupsi dengan adanya E-Budgeting, pelaporan harta kekayaan bagi PNS (LHKPN), dan rekrutmen PNS yang objektif.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Kendati demikian, LBH mengkritik Ahok-Djarot terkait ketidakberpihakan terhadap kaum buruh. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Jakarta sangat kecil. Belum lagi, penggusuran yang dilakukan juga terkesan represif dan tidak sesuai undang-undang.

"Ahok-Djarot pemerintahan paling banyak melakukan gusuran sepanjang sejarah. 2015 ada 113 gusuran paksa, 2016 ada 325 titik, kalau terpilih ada catatan akan terus melakukan gusuran, termasuk di Teluk Jakarta," ujar Nelson di Gedung LBH Jakarta, Rabu, 12 April 2017.

Sedangkan catatan bagi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, LBH mengapresiasi komitmen mereka yang secara terbuka menentang proyek reklamasi. Program perumahan yaitu DP Rp0 dan komitmen tidak akan melakukan penggusuran juga menjadi kelebihan mereka.

Namun, pasangan penantang itu dinilai lemah terkait isu intoleran. "Anies-Sandi tidak pernah berkomentar soal kaum minoritas dan LGBT. Anies-Sandi juga tidak berbuat apa-apa untuk menenangkan suasana selama Pilkada saat ada isu penistaan agama," ujar Nelson.

Secara keseluruhan, kata Nelson, setiap pasangan calon memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Warga Jakarta diimbau dapat memilih sesuai pilihan hati nurani. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya