Tradisi Sakral Perantau Minang dan Uang Miliaran Rupiah

Rumah Gadang di Nagari Pariangan, asal mula masyarakat Minangkabau
Sumber :
  • Antara/ Iggoy el Fitra

VIVA – Setiap Hari Raya Idul Fitri, hampir seluruh masyarakat Indonesia yang tinggal di tanah rantau mengadu nasib, akan kembali pulang ke kampung halaman.

Makna Mahar Rp2 Ribu di Pernikahan Enzy Storia-Molen Kasetra, Sweet Banget!

Selain dapat mengenang cerita masa kecil, momen lebaran juga dimanfaatkan untuk berkumpul bersama dengan keluarga besar, kerabat dan masyarakat serta menikmati suguhan keindahan objek wisata yang ada di daerah masing-masing.

Tak terkecuali bagi perantau Minang, jutaan warga asal Minangkabau yang separuh hidupnya dihabiskan di tanah rantau, juga memanfaatkan momen lebaran untuk pulang ke Ranah Minang setiap tahunnya.

LKAAM Sumbar Haramkan Menag Yaqut Injakkan Kaki di Minangkabau

Berbeda dengan warga asal daerah lain di Indonesia, soal mudik dan balik pada saat lebaran Idul Fitri, di Ranah Minang ada sebuah tradisi sakral yang sangat erat, bernuansa keakraban dan persaudaraan yang kuat. Tradisi ini bernama "Pulang Basamo" (pulang bersama).

Walau hingga saat ini belum ada literatur dan bukti otentik kapan tradisi ini dimulai pertama kali, namun tradisi Pulang Basamo sudah mendarah daging. Ribuan bahkan jutaan Para perantau yang berasal dari seluruh Nagari atau desa di Ranah Minang ini, selalu sepakat pulang ke kampung halaman, begitu sebaliknya saat kembali ke tanah rantau juga bersama-sama.

Batik Air Menuju Minangkabau Balik ke Soetta, Ini Penjelasan AP II

Bahkan untuk menunjukkan persatuan yang sangat kuat, dan menggambarkan kepada orang banyak, jika masyarakat Minangkabau memiliki rasa kekerabatan dan kepedulian sesama yang sangat kuat.

Mereka tak segan-segan menyewa moda transportasi apa saja itu yang penting nyaman dan bisa membawa mereka pulang ke kampung halaman dengan selamat. Soal ongkos, mereka akan "badoncek" atau patungan.

Ancol Kampoeng Minangkabau Festival 2018.

Tiba di kampung halaman, pihak keluarga dan masyarakat setempat juga mengadakan kegiatan penyambutan bagi perantau yang mudik, sejumlah spanduk dan baliho selamat datang bagi perantau juga terpasang sebagai bentuk suka cita penyambutan.

Pun ketika usai berlebaran dan mereka berangkat merantau lagi juga akan dilepas oleh masyarakat dan diiringi oleh Doa.

Selama berada di kampung halaman, selain melaksanakan ibadah hari raya Idul Fitri, mereka juga mengadakan sejumlah kegiatan sosial, mulai dari menggelar acara hiburan hingga mengumpulkan uang yang nantinya akan diserahkan kepada masyarakat untuk membangun kampung halaman. Jumlah uang yang terkumpul pun fantastis. Bisa mencapai angka Miliaran Rupiah.

Tentu saja, kedatangan para perantau ini, akan membawa dampak yang sangat positif. Di samping, menjadi motivasi bagi warga lain, keberadaan perantau di saat hari lebaran juga akan mampu meningkatkan perekonomian, terutama bagi mereka yang mengelola objek wisata, dan bagi para pedagang. Putaran uang pun akan sangat tinggi, karena angka jual beli meningkat.

Siapkan Peta Destinasi Wisata

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Oni Yulfian menyebutkan, jika pihaknya saat ini sudah menyiapkan peta destinasi wisata potensial untuk menyambut perantau dan wisatawan pada lebaran 2018 ini.

Oni menegaskan, pemerintah Sumatera Barat, selain menyiapkan peta destinasi wisata, juga memberikan penegasan jika pemerintah tetap berusaha memberikan pelayanan yang baik, terutama untuk kenyamanan yang kemudian bisa menjadi nilai tambah bagi destinasi yang dikunjungi.

Di 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat lanjut Oni, sebagian besar memiliki objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dengan adanya peta destinasi wisata, maka diyakini akan menambah referensi perantau untuk memilih objek mana yang akan dikunjungi saat libur lebaran nanti.

"Kita sudah mulai penataan kebersihan, keamanan, parkir, dan hingga harga kuliner,"ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya