Warga Jawa Barat Kurang Makan Daging

VIVAnews - Meski provinsi penghasil susu sapi terbesar kedua di Indonesia, untuk soal konsumsi daging, Jawa Barat masih tertinggal. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengungkapkan, konsumsi daging di Jawa Barat di bawah target normal gizi 10,1 kilogram/kapita/tahun.

Menurut Gubernur yang didukung Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera itu, sampai tahun 2008, konsumsi daging baru di Jawa Barat baru mencapai 7,89 kg/kapita/tahun. Pada saat yang sama, konsumsi daging domba/kambing di Jawa Barat juga baru sebanyak 3.932.595 kg/tahun, atau hanya mencapai 12,44% dari potensi ternak domba/kambing di Jawa Barat, di mana populasi untuk domba mencapai 5.311.836 ekor, sedangkan untuk kambing telah mencapai 7.392.693 kg/tahun.

Realitas tersebut, menurut Heryawan menggambarkan bahwa Jawa Barat belum mampu memenuhi target normal gizi konsumsi daging. Selain itu, pemanfaatan produksi daging domba/kambing juga belum optimal. Sehingga diperlukan terobosan memanfaatkan daging domba/kambing sebagai alternatif konsumsi daging selain daging sapi oleh masyarakat.

Dalam rilis ke VIVAnews, Heryawan menjelaskan upaya ini sangat penting mengingat tingginya kebutuhan konsumsi daging sapi di Jawa Barat yang masih belum mampu dipenuhi oleh produksi daging sapi lokal, sehingga pemenuhan kebutuhan untuk konsumsi daging sapi masih bergantung pada provinsi lain sebagai pemasok.

”Diharapkan keberadaan Pasar Ternak Regional Jawa Barat ini tidak hanya diorientasikan pada pemasaran daging sapi, melainkan juga dapat lebih dioptimalkan untuk mendorong pemasaran ternak domba/kambing,” ujar Heryawan saat peluncuran Optimalisasi Pasar Ternak Jawa Barat di Desa Bojong Cideres Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka, Senin 16 November 2009.

Kondisi itu harus ditangkap sebagai peluang guna menjadi pendorong bagi peningkatan kesejahteraan peternak Jawa Barat, sekaligus menjadi daya ungkit bagi produktivitas dan kontribusi sektor peternakan terhadap perekonomian Jawa Barat secara keseluruhan.  Menurut Heryawan selain daging domba dan kambing, ada unggulan lainnya, yakni sentra agribisnis peternakan sapi perah, bibit sapi perah betina, serta pemanfaatan sapi perah jantan sebagai ternak potongan.

Berdasarkan data tahun 2008, populasi ternak sapi perah di Jawa Barat sebanyak 111.250 ekor, dengan produksi susu yang dihasilkan sebesar 242.102 ton. Tingginya produksi susu Jawa Barat ini berhasil menempatkan Jawa Barat sebagai produsen susu urutan kedua tingkat nasional. Sebagian besar produksi berasal dari peternak rakyat, yaitu sebanyak 95 persen.

Potensi ini tentu memberikan peluang yang lebih terbuka untuk terus mengembangkan usaha agribisnis persusuan, termasuk di antaranya untuk terus meningkatkan konsumsi susu yang pada tahun 2008 telah mencapai 5,93 kg/kapita/tahun, atau sekitar 97,21 persen dari target sebesar 6,10 kg/kapita/tahun.

Namun demikian, lanjut Heryawan ada sejumlah kendala, di antaranya  lemahnya posisi tawar peternak dalam memperoleh nilai jual susu, sehingga berakibat pada penurunan harga susu yang diterima dari Industri Pengolahan Susu (IPS). Di samping itu, belum adanya dokumen formal yang mengikat antara koperasi dengan IPS sehingga keduanya tidak memiliki payung hukum jika timbul masalah atau sengketa dengan IPS.

Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian kita bersama adalah masih tingginya dominasi susu impor, yaitu sebesar 70 persen terhadap pemenuhan kebutuhan susu nasional. Dari jumlah tersebut, 70 persen susu olahan diperuntukkan untuk susu formula bayi dan anak-anak, sehingga berdampak langsung pada generasi muda yang akan datang.

Untuk itu, diperlukan sinergitas dukungan dan upaya bersama, untuk mengurangi ketergantungan nasional terhadap produk import, diantaranya melalui optimalisasi sumber daya lokal dengan membangun peternakan yang tangguh. Upaya ini tentu harus dilakukan bersama antara pemerintah dengan peternak, juga masyarakat selaku konsumen.

”Pemerintah berupaya memberikan regulasi yang tepat, di mana peternak berupaya meningkatkan produksi yang lebih berkualitas, dan masyarakat pun mendukung dengan memilih produk hasil ternak (daging, susu maupun produk olahan) dari peternak dalam negeri,” ujar Heryawan.

Alasan Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23
Prabowo-Gibran pantau quick count di Istora Senayan, Jakarta,  Rabu (14/02/24)

KPU Sebut Tak Ada Lagi Lembaga Peradilan Bisa Batalkan Kemenangan Prabowo

KPU akan menetapkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih periode 2024-2029.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024