Bambang Hendarso Danuri

Puncak Karier Anak Bogor



Puncak kepemimpinan tertinggi kepolisian kini dalam genggaman Bambang Hendarso Danuri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik Jenderal yang akrab disapa BHD itu menjadi Kepala Polri Istana Negara, Jakarta, pada Selasa 30 September 2008, lalu.

BHD menggantikan posisi seniornya, Jenderal Sutanto, yang pensiun. “Saya akan melanjutkan program beliau (Sutanto),” katanya.

Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 10 Oktoberr 1952, BHD adalah jebolan Akabri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) 1974. Dia mengawali kariernya sebagai Wakil Kepala Satuan Sabhara Kepolisian Resort Kota Bogor, Jawa Barat, pada 1975.

Namanya mulai muncul ke permukaan sejak menjadi Kepala Polres Jayapura pada 1993. Setahun kemudian dia ditunjuk menjadi Wakil Kepala Polwil Bogor. Kiprah BHD selanjutnya banyak dihabiskan di reserse.

Misalnya dia menjadi Kepala Direktorat Reserse Polda Nusa Tengggara Barat, pada 1997. Dua tahun kemudian dengan jabatan yang sama dia bertugas di Polda Bali.

Setahun kemudian dia bertugas di Polda Jawa Timur juga sebagai direktur reserse. Di sinilah dia mulai menjadi anak buah Sutanto.

Di bawah komando Sutanto, BHD memberangus aksi penyelundupan mobil mewah yang sempat membuat gerah seorang pejabat di Direktorat Jenderal Bea Cukai, pada 2000.
 
Dia juga yang memuluskan program Sutanto memberantas perjudian di Surabaya. Kemudian ketika Sutanto tenggelam saat Da’i Bachtiar menjadi Kepala Polri, kiprah BHD juga hampir sama. Sebentar menjadi Direktur Reserse Polda Metro Jaya pada 2001, namanya menghilang.

Nama BHD muncul lagi ketika Sutanto menjadi Kepala Polri. Namanya mulai mencorong ketika menjabat sebagai Kepala Polda Sumatera Utara, periode 2005-2006. Di sini, selain membabat judi dia memerangi pembalakan liar.

Ketika mempimpin kepolisian di Sumatera Utara, BHD menangkap Adelin Lis di Hongkong. Adelin dituduh membabat hutan lindung. Mahkamah Agung menghukumnya 10 tahun penjara. Namun Adelin keburu kabur. Hingga kini masih buron.

Saat dipercaya sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri periode 2006-2008, sepak terjang BHD makin terasa dalam memburu pembalak liar. Misalnya, saat memberangus pembalakan liar di Riau bersama Kepala Polda Riau di era Brigadir Jenderal Sutjiptadi.

Bahkan BHD juga yang mengungkap pembalakan liar di Kalimantan, pada Maret 2008. Di sini dia membongkar keterlibatan sejumlah polisi dan pejabat di departemen kehutanan.

Aksi BHD yang paling fenomenal adalah  ketika mengungkap keterlibatan petinggi BIN dalam kasus pembunuhan aktifis HAM, Munir. Di masa BHD inilah, tersangka pemubunuh Munir, Pollycarpus, diganjar hukuman 20 tahun penjara.

Tak hanya itu, aksi BHD ini sampai membawa bekas Deputi BIN, Muchdi PR, ke meja hijau. Perkara ini masih bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Karena sepak terjangnya itulah, Sutanto kepincut mengajukannya menjadi Kepala Polri.  “Saya bersyukur,” kata BHD kepada wartawan. Saya sudah membuat prioritas. Misalnya mengenai keluhan pelayanan polisi. Kami ingin humanis dan dekat dengan rakyat."

Pasien Imunodefisiensi Primer Minta Pemerintah Masukkan Terapi IDP ke dalam Formularium Nasional
Ketum Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

Syaikhu Bicara Peluang PKS Gabung dengan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu turut buka suara soal peluang akan gabung atau tidak ke Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024